Waspada Iklan Google Palsu Berisi Malware, Modus Baru Peretasan Malvertising

Kampanye malvertising baru memanfaatkan situs web yang disusupi untuk mempromosikan aplikasi PyCharm palsu melalui Iklan Penelusuran Dinamis di Google.

oleh M. Labib Fairuz Ibad diperbarui 05 Nov 2023, 18:03 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2023, 17:00 WIB
63 Persen PC di Indonesia Sudah Terinfeksi Malware
Microsoft ungkap bahwa 63 persen PC di Indonesia sudah terinfeksi malware, lantas bagaimana cara meminimalisirnya?

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini, ramai sebuah kampanye malvertising baru telah memanfaatkan situs web yang disusupi untuk mempromosikan aplikasi PyCharm palsu melalui Iklan Penelusuran Dinamis di Google. 

Tanpa sepengetahuan pemilik situs, iklan otomatis yang tampil di Google ini dibuat untuk mempromosikan program pengembangan Python populer tersebut untuk mengecoh orang yang melakukan penelusuran.

Korban yang mengklik iklan akan diarahkan ke situs web yang telah disusupi tautan palsu untuk mengunduh aplikasi. Namun, aplikasi tersebut nantinya hanya akan menginstal lebih banyak malware di perangkat korban.

Dilaporkan, beberapa situs web yang terlibat merupakan situs yang menawarkan jasa perencanaan pernikahan tanpa nama. Diketahui, situs itu telah disusupi dengan tautan palsu ke perangkat lunak PyCharm. 

Dikutip dari The Hacker News, Minggu (5/11/2023), para korban diarahkan ke situs web palsu ini melalui Dynamic Search Ads, iklan Google yang disesuaikan berdasarkan riwayat penelusuran dan konten situs.

Dijelaskan lebih lanjut, situs web berbahaya itu lantas ditampilkan sebagai iklan di situs lain dengan memanfaatkan layanan Dynamic Search Ads dari Google. Kondisi tersebut membuat pemilik situs yang disusupi tersebut secara tidak langsung menjadi perantara malware, sekaligus korban. 

Umumnya, para pelaku membuat kampane malvertising ini dengan menargetkan situs perhotelan termasuk pelanggan mereka. Tipe serangan ini diprediksi telah menciptakan ancaman global yang mencatatkan jumlah trafik DNS yang signifikan di berbagai negara.

Jangan Asal Klik Link Pembaruan Chrome! Bisa Jadi Itu Malware

Google Chrome
Google Chrome. Dok: bgr.com

Berbicara tentang keamanan siber, kini makin banyak motif penipuan maupun penyerangan digital, salah satunya melalui pembaruan Chrome palsu. Pembaruan palsu ini telah beredar sejak lama, dan akan menyerang pengguna dengan menginstal malware di perangkatnya.

Malware ini berpura-pura sebagai pembaruan peramban Chrome asli, tetapi sebenarnya merupakan trojan akses jarak jauh (RAT) yang dapat mengambil alih komputer kamu.

Biasanya, malware ini merupakan awal dari serangan ransomware yang dapat menguras uang dan data kamu tanpa kamu sadari.

Dilansir Cyber Security, Rabu (1/11/2023), para pakar keamanan telah melihat versi baru dari malware ini, yang disebut "FakeUpdateRU" oleh Jerome Segura dari MalwareBytes.

Baru-baru ini, banyak kelompok pencipta malware seperti ini muncul. Untuk mengatasinya, Google telah bertindak cepat dan memblokir sebagian besar situs web yang menyebarkan malware ini.

Penampilan halaman pembaruan Chrome palsu terlihat sangat mirip dengan yang asli. Satu hal yang menonjol adalah file malware terbuat dari kode HTML biasa yang diambil dari situs web Google versi bahasa Inggris.

Hal ini menunjukkan bahwa peretas menggunakan peramban Chrome (berbasis Chromium) untuk membuat malware. Tetapi hal ini juga menyebabkan beberapa kata dalam bahasa Rusia muncul dalam file, bahkan bagi pengguna yang tidak menggunakan Chrome.

Para peretas mengubah beberapa kata pada halaman pembaruan Chrome palsu, seperti "Unduh" menjadi "Perbarui", untuk mengelabui pengguna agar berpikir bahwa mereka perlu memperbarui peramban mereka.

 

Sistem Kerja Malware

Ilustrasi Chrome Extension
Ilustrasi ekstensi Chrome berbahaya yang mampu manipulasi hasil pencarian. (Sumber: Gizchina)

Bahaya yang sebenarnya dari pembaruan palsu ini terletak pada kode JavaScript di bagian bawah halaman, yang memulai pengunduhan malware ketika pengguna mengklik tombol "Perbarui".

Kode ini menggunakan domain bertema Chrome untuk mendapatkan URL unduhan akhir. Contoh seperti ini banyak ditemukan di situs web lain yang telah diretas.

Selain itu, malware ini juga termasuk dalam keluarga malware Zgrat dan Redline Stealer yang dikenal dengan serangan ransomware.

Para peretas juga menggunakan banyak domain dengan nama yang mirip untuk mengirim pengguna ke file .ZIP malware, dan langsung mendaftarkannya.

Kamu dapat mengetahui situs web mana yang terinfeksi malware dengan mencari skrip khusus Google Tag Manager.

Untuk menghindari malware pembaruan Chrome palsu ini, para ahli menyarankan untuk memperbarui plugin dan tema, membuat situs web WordPress lebih aman dan kuat, dan mencadangkan data secara teratur.

Menggunakan firewall juga dapat menghentikan peretasan. Jika sebuah situs web mungkin terinfeksi, penting untuk bertindak cepat, dan ada pakar keamanan terampil yang dapat membantu menghapus infeksi dan melindungi situs.

 

Tindakan Google

Google Chrome
businessinsider.com

Menanggapi hal ini, Google bertindak cepat dalam memblokir domain yang mengarahkan pengguna ke domain lain. Sehingga para peretas telah mengubah metode mereka dan sekarang menautkan langsung ke unduhan di situs web yang diretas.

Ini berarti mereka harus menginfeksi semua situs web tersebut lagi daripada mengubah satu file di server mereka.

Beberapa versi baru dari malware telah menghapus sebagian besar kata-kata Rusia dari halaman pembaruan palsu, yang berarti para peretas mengubah taktik mereka.

Hal yang mengkhawatirkan adalah beberapa situs web yang terinfeksi memiliki kode JavaScript yang terhubung ke saluran Telegram sementara.

"Para peretas mungkin menggunakan ini untuk mendapatkan pemberitahuan ketika seseorang mengunduh malware mereka. Enkripsi Telegram dan fitur-fitur lainnya menjadikannya alat yang baik untuk peretas," demikian menurut laporan Sucuri.

 
Infografis Kenaikan Jumlah Pengguna Media Sosial di Indonesia
Infografis Kenaikan Jumlah Pengguna Media Sosial di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya