Main Game Bisa Tingkatkan Fungsi Otak Manula

Peneliti menggunakan electroencephalography untuk memantau reaksi otak saat dihadapkan pada perintah di menu game.

oleh Ervina Anggraini diperbarui 06 Sep 2013, 15:00 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2013, 15:00 WIB
game-2-130906b.jpg

Siapa bilang jika main game hanya bisa memberikan efek candu bagi pemainnya? Sebuah studi justru melihat efek lain dari hobi bermain game, terutama untuk orang berusia lanjut. 

Studi yang dilakukan oleh tim peneliti di University of California, San Fransisco menunjukkan bahwa video game dianggap mampu menajamkan kembali fungsi otak orangtua berusia lanjut (manula). Bahkan dapat setara dengan otak manusia di usia pertengahan (35 tahun ke atas).

Adam Gazzaley selaku pemimpin tim riset beserta timnya melakukan survey kepada 16 orang manula berusia 60 hingga 85 tahun. Para manula ini diharuskan bermain video game balap mobil dengan tampilan 3D. Hasilnya, dalam kurun waktu kurang dari 12 jam, para manula tersebut menjadi sangat mahir bermain video game itu.

Secara berangsur-angsur para manula mulai memperhatikan detil gameplay, hingga akhirnya dapat memainkan video game layaknya seorang anak muda pencinta game. Hal ini menandakan adanya perkembangan respon otak yang cukup signifikan, khususnya kemampuan otak dalam melakukan dan menangkap lebih dari satu instruksi secara bersamaan (multitasking).

Kemampuan multitasking dan fokus terhadap perintah yang diberikan terbukti berpengaruh pada aspek kognitif gamer. Untuk mengukur tingkat kemampuan multitasking dan fokus para lansia, peneliti menggunakan electroencephalography untuk memantau reaksi otak saat dihadapkan pada perintah di menu game.

Peneliti menemukan adanya aktivitas gelombang theta di cortexes prefrontal layaknya aktivitas otak pada gamer berusia muda.

Penelitian yang dilakukan selama 4 tahun terakhir ini menunjukkan jika kemampuan nalar orang tua terlatih untuk mengidentifikasi setiap tanda jalan yang muncul di layar. Hal ini dapat digunakan untuk melatih aspek kognitif orang tua yang mengalami penurunan fungsi otak.

"Untuk sementara hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memahami tahap pertumbuhan dan efek samping positif dari sebuah game," pungkas salah satu peneliti Daphne Bavelier seperti dilansir laman Engadget, Jumat (6/9/2013). (vin/dew)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya