Pengamat: Kondisi Pesawat Hercules yang Jatuh Tidak Prima

Menurut pengamat penerbangan Dudi Sudibyo, peristiwa jatuhnya pesawat Hercules lebih disebabkan oleh faktor pesawat yang tidak prima.

oleh Liputan6 diperbarui 02 Jul 2015, 08:08 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2015, 08:08 WIB
20150702-Hercules-Pengamat-Jakarta
(Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Jakarta - Insiden jatuhnya Hercules C-130 di Jalan Jamin Ginting Medan, Sumatera Utara pada Selasa 30 Juni 2015 mengingatkan orang-orang pada jatuhnya pesawat Mandala Airlines pada 5 September 2005.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis (2/7/2015), kala itu pesawat Mandala Airlines Boeing 737-200 juga terbang dari Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo Medan dan jatuh di lokasi yang sama.

Oleh karena itu, muncul spekulasi bahwa kecelakaan ini akibat landasan pacu dan arah posisi bandara yang tidak sesuai. Namun menurut pengamat penerbangan Dudi Sudibyo, peristiwa jatuhnya pesawat ini bukanlah karena faktor tersebut, tetapi lebih disebabkan oleh faktor kondisi pesawat yang tidak prima. Apalagi pesawat ini sudah dipakai selama puluhan tahun.

"Dalam kaitan ini mungkin dia waktu pilotnya mengatakan dia minta RTB atau Return to Base, waktu dia meluncur di atas ini, dia sudah tahu ada sesuatu. Kalau dia (pilot) batalkan terbang, itu prosedurnya kalau dia mau batal terbang dia harus tetap (terbang) kalau sudah lewat dari kecepatan, dia tidak boleh batalkan terbang karena dia pasti menabrak ujung landasan, di luar ujung landasan yaitu permukiman kalau sekarang," ucap Dudi Sudibyo.

Dudi menjelaskan jatuhnya pesawat di permukiman warga lebih karena perkembangan lokasi bandara sendiri karena dahulu kawasan Lanud Soewondo jauh dari permukiman.

Lalu juga karena berkembangnya kawasan dan adanya perizinan untuk membangun permukiman, maka kini lokasi Lanud Soewondo menjadi dekat dengan permukiman warga. (Vra/Ado)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya