Liputan6.com, Ponorogo - Sudah hampir sebulan Aninda dan Adiknya, warga Desa Mrican, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur harus bolak-balik mendaki bukit untuk mengambil air bersih akibat desanya mengalami kekeringan. Jarak 3 kilometer pun harus mereka tempuh.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis (5/82015), sebuah sungai menjadi satu-satunya sumber mata air bagi warga di Desa Mrican. Airnya sudah mulai mengering, dasar sungai pun bahkan sudah terlihat.
Selain di Desa Mrican, ada 3 kecamatan lain di Kabupaten Ponorogo yang mengalami krisis air. Yaitu kecamatan Slahung, Jenangan, dan Mlarak. Pemerintah setempat tak juga memberikan bantuan air bersih.
Advertisement
Krisis air bersih juga terjadi di Desa Arosbaya, Bangkalan, Jawa Timur. Hanya tinggal beberapa sumur warga yang masih mengeluarkan air. Itu pun airnya sudah mulai surut dan keruh.
Untuk mendapatkan air jernih, warga harus mengendapkan hingga 3 jam. Sumur di tengah ladang ini biasanya dipakai untuk menyiram tanaman atau memberi minum ternak. Namun kini air sumur ini digunakan warga Desa Arosbaya, untuk minum dan memasak.
Krisis air bersih di desa ini sudah berlangsung 3 bulan, namun selama itu pula pemerintah setempat belum pernah mengirimkan bantuan bagi warga. Entah sampai kapan.
Di Karawang, Jawa Barat, musim kemarau panjang begitu meresahkan para petani. Sawah mereka mengering, padi pun mati.
Untuk mengurangi kerugian, petani di Dusun Bojongkarya Satu, Desa Rengasdengklok Selatan, memilih mamanen lebih awal padi mereka. Padahal usia tanaman baru menginjak 2 bulan, dari usia panen seharusnya usia 3 bulan lebih.
Tidak adanya irigasi, membuat petani tidak bisa mencari solusi untuk mengatasi kekeringan. Jumlah padi merosot tajam dari 5 kuintal menjadi 2 kuintal, itu pun dengan kondisi beras kurang baik. (Dan/Rmn)