Liputan6.com, Palangkaraya - Sudah sebulan lebih udara Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, diselimuti kabut asap yang pekat. Meski pemadaman lahan yang terbakar intensif dilakukan, kebakaran lahan tetap saja berlangsung.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Selasa (29/9/2015), warga juga tidak punya pilihan. Mereka beraktivitas di bawah selimut kabut asap. Padahal Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) sudah pada level berbahaya. Akibatnya jumlah penderita Indeks Standar Pencemaran Akut (ISPA) terus bertambah.
Dari data posko Kejadian Luar Biasa (KLB) ISPA Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah, jumlah penderita sejak Agustus hingga minggu ke-3 September, sudah 35 ribu jiwa lebih, sehingga pemerintah menetapkan status KLB.
Advertisement
Kabut asap yang menyelimuti di Kota Jambi juga belum berkurang. Jumlah penderita ISPA tergolong tinggi, yakni mencapai 60 ribu orang. Jumlah penderita meningkat drastis dalam 3 pekan terakhir. Warga pun dianjurkan menggunakan masker, saat melakukan aktivitas di luar dan di dalam ruangan.
Pihak Dinas Pendidikan juga sudah beberapa kali meliburkan sekolah untuk melindungi anak-anak terserang
ISPA.
Lain lagi nasib warga Kota Palembang. Mereka tak hanya terancam diserang ISPA, karena kondisi udara yang sangat berbahaya.
Dalam sebulan terakhir, material debu sisa pembakaran lahan berterbangan di udara dan menyisakan bau bekas kebakaran yang juga menyesakan napas. Warga pun berharap pemerintah harus serius mengatasi kabut asap yang berdampak pada aktivitas warga.
Kabut asap yang kian pekat ini berasal dari pembakaran lahan di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Dari pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat ini terdapat 75 titik api. Padahal Presiden Jokowi sudah meninjau daerah ini dan memerintahkan pembakaran lahan dihentikan.
Sayangnya perintah presiden pun tak berarti. Pihak perusahaan tetap membakar lahan untuk perluasan usaha mereka. (Dan/Ali)