Jakarta - Nama Septian David Maulana mulai mencuat ke permukaan saat membela Timnas Indonesia U-19 besutan Indra Sjafri beberapa tahun silam. Ia jadi bagian dari Tim Garuda Jaya yang memenangi gelar Piala AFF U-19 2013.
Saat memperkuat Timnas U-19 David lebih sering jadi pemain serep. Walau begitu sinar kebintangan pemain 2 September 1996 tak meredup. Sebaliknya lepas dari Timnas U-19 pesepak bola belia asal Semarang tersebut kariernya kian berkembang.
Baca Juga
Di usianya yang belum menginjak 20 tahun ia dapat kesempatan membela Timnas Indonesia U-23 di pentas SEA Games 2015. Karier profesionalnya juga kinclong.
Advertisement
Di Mitra Kukar, Septian David Maulana, jadi pelanggan posisi inti. Hal yang tak didapat kebanyakan rekan-rekannya eks Timnas Indonesia U-19.
Kedatangan pelatih asal Spanyol, Luis Milla, berdampak besar pada perkembangan pemain binaan SSB Bhaladika. David yang mengawali karier sebagai seorang gelandang sayap, performanya kian mengilap di tangan Milla.
Ia bermain di posisi baru sebagai gelandang serang. Posisi yang di Timnas Indonesia U-19 selalu ditempati, Evan Dimas, rising star seangkatan David yang kariernya juga berkilau hingga saat ini.
Di pentas SEA Games 2017, David menjelma menjadi pemain tajam di posisi barunya. Ia jadi top scorer Timnas Indonesia U-22.
Tim Merah-Putih tampil memesona di Asian Games 2017, sayangnya Septian David Maulana dkk. gagal mempersembahkan medali emas. Timnas U-22 pulang ke Tanah Air dengan kepingan medali perunggu.
Luis Milla yang masih dipercaya sebagai nakhoda Timnas Indonesia U-23 plus (ditambah 3 pemain senior) yang akan berlaga di Asian Games 2018 pun tak pernah berpaling dari sosok David.
Dalam kondisi fit, David yang sukses jadi Pemain terbaik Piala Pelajar Asia U-18 2013 jadi pilihan inti. Walau bermain bukan sebagai striker, David tetap konsisten sebagai pemain andalan dalam menjebol gawang lawan.
David menjadi berkah bagi Luis Milla, yang dua bulan jelang perhelatan Asian Games 2018 masih kesulitan menemukan figur predator haus gol. Produktivitas David di Timnas U-23 mengalahkan pemain-pemain senior macam Lerby Eliandry, Boaz Solossa, atau Ilija Spasojevic, yang sempat dicobai kemampuannya oleh Milla.
Terakhir Septian menyumbang sebiji gol saat Timnas Indonesia U-23 beruji coba melawan Thailand di Stadion PTIK, Jakarta, pada bulan Mei silam.Â
Beberapa waktu lalu Septian David Maulana sempat mampir ke Kantor Redaksi Bola.com. Kami sempat berbincang banyak hal dengannya. Berikut petikannya:
Sumber: Bola.com
Luis Milla dan Ambisi Asian Games
Bagaimana kamu melihat sosok Luis Milla?
Coach Milla pelatih yang permainan saya banyak berkembang. Ia mengajarkan saya untuk berani bermain di posisi baru. Tanpa mengurangi rasa respeks pada pelatih lain, metode melatihnya berbeda dengan pelatih yang pernah menangani saya sebelumnya. Amat modern dan bervariasi.
Coach Milla juga pelatih yang pintar mengambil hati pemain. Ia mengerti persoalan yang dihadapi pemain muda. Saya tidak heran jika ia bisa sukses mengantarkan Spanyol juara Piala Eropa U-21 edisi tahun 2011. Sejumlah pesepak bola kelas dunia di Spanyol hasil binaannya. Kami para pemain belia di Timnas Indonesia U-23 bisa dikatakan beruntung merasakan tangan dinginnya.
Bagaimana kamu melihat peluang Timnas Indonesia U-23 di Asian Games 2018 nanti?
Persaingannya jelas lebih keras dibanding Asian Games 2017 lalu, karena kami bersaing tidak hanya dengan sesama negara Asia Tenggara, tapi seluruh kawasan Asia. Akan tetapi saya punya keyakinan kami bisa berbicara banyak.
Atmosfer timnas saat ini amat positif. Kami telah melakukan persiapan sejak jauh-jauh hari. Mayoritas anggota tim telah kompak luar dan dalam. Di setiap sesi pelatnas kami fokus memperbaiki kekurangan dan mencoba hal-hal baru. Menjadi tuan rumah Asian Games menjadi sebuah keuntungan. Kami akan mendapat dukungan berlimpah dari suporter. Semoga kami bisa sukses di ajang ini.
Bagaimana dengan suasana internal Timnas Indonesia U-23, terutama hubungan antarpemain muda?
Kami kompak. Karena sudah lama kumpul bareng, tentu tidak kaku lagi. Banyak canda di antara kami. Di Timnas U-23 banyak pemain jahil dan doyan melucu. Maklum, usia kami muda dan sepantaran, selalu ada hal-hal kecil yang menjadi menarik ketika berkumpul bersama. Saya menikmati momen-momen itu.
Advertisement
Perubahan Posisi Main
Bagaimana proses adaptasi kamu saat berubah posisi bermain, dari winger menjadi gelandang serang?
Saya pribadi sejatinya pemain yang siap bermain di tiap posisi yang ditetapkan pelatih. Jadi pemain sayap, monggo. Demikian pula sebagai gelandang serang. Pelatih yang paling tahu potensi terbaik pemain binaannya.
Saya pribadi senang pada dasarnya ditempatkan sebagai gelandang serang, karena punya naluri kuat dari sisi ofensif. Tak ada kesulitan berarti saat harus bertukar posisi.
Pernah membayangkan kalau kamu jadi andalan dalam menjebol gawang lawan di saat para penyerang mandul gol?
Buat saya kepentingan tim adalah segalanya. Gol-gol yang saya buat tercipta karena bantuan rekan-rekan setim.
Sebelum pentas Asian Games 2017 tak banyak orang mengenal kamu, setelah itu popularitasmu melesat. Perasaan kamu seperti apa?
Sekarang banyak orang minta foto bareng. Dulu tidak seperti itu. Awalnya bingung, tapi lama-lama biasa saja. Suporter yang membesarkan saya, sudah semestinya saya bersikap ramah kepada mereka.
Egy Maulana Vikri dan Kesempatan ke Luar Negeri
Rekan seangkatan Evan Dimas dan Ilham Udin Arymain bermain di luar negeri, tepatnya Malaysia. Kabarnya kamu juga sempat ditawari bermain di kompetisi negara tetangga, benarkah hal itu?
Ya benar. Saya sempat bernegosiasi dengan salah satu klub Malaysia. Bahkan hampir jadi. Tapi belakangan saya akhirnya memutuskan tetap bermain di Mitra Kukar. Klub tersebut banyak berjasa pada karier saya. Saya masih punya impian bermain di luar negeri. Mungkin suatu saat nanti, siapa tahu.
Di usia amat muda kamu sudah jadi pesepak bola perantau, tidak merasa rindu dengan kedua orang tua?
Justru kedua orang saya mendorong agar saya berani bermain keluar pulau Jawa. Kalau saya mau berkembang menurut mereka saya harus menimba pengalaman di daerah lain.
Tidak ingin membela klub kampung halaman, PSIS Semarang?
Mungkin suatu saat nanti saya akan bermain di PSIS. Sebuah kebanggaan bisa bermain di klub asal daerah sendiri.
Egy Maulana Vikri, meneken kontrak dengan klub Polandia, Lechia Gdanks. Komentar kamu?
Selamat buat Egy. Ia pemain muda berbakat. Saya ikut bangga ada pemain Indonesia bermain di Eropa. Apalagi ia berasal dari timnas junior. Semoga ia bisa sukses.
Kamu dan Egy bermain di posisi yang sama. Luis Milla terlihat tertarik memakai tenaga Egy di Timnas Indonesia U-23 Asian Games. Walau sampai saat ini ia lebih sering jadi pemain cadangan. Tidak merasa tersaingi?
Tidaklah. Sebagai sesama pemain muda kami harus mendukung. Kami saling melengkapi. Soal Egy lebih banyak menjadi pemain cadangan, saya pribadi melihatnya sebagai sebuah proses. Hal yang wajar terjadi jika pelatih secara pelan-pelan memberi kesempatan kepada pemain belia yang naik kelas di timnas level junior. Hal ini buat kebaikannya juga.
Â
Advertisement