Lalu Muhammad Zohri: 10 Detik Bersejarah, Polemik Bendera, dan Harapan Indonesia di Asian Games

Lalu Muhammad Zohri menjadi salah satu andalan Indonesia dalam cabang olahraga atletik di Asian Games 2018 nomor lari 100 meter putra dan estafet 4x100 meter putra.

oleh Zulfirdaus Harahap diperbarui 10 Agu 2018, 17:06 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2018, 17:06 WIB
Lalu Muhammad Zohri
Garuda Kita, Lalu Muhammad Zohri. (Bola.com/Dody Iryawan)

Jakarta - Mentari tanggal 15 Juli 2018 seakan tak tampak di salah satu sudut kota Tampere, Finlandia. Gumpalan awan seakan enggan meninggalkan Stadion Ratina yang di bawahnya terdapat seorang anak muda bernama Lalu Muhammad Zohri.

Si lugu dari Lombok Nusa Tenggara Barat seakan tak percaya. Meskipun berusaha membahagiakan diri, namun tatapan kosong nan kebingungan tak bisa dirahasiakan dari raut wajahnya. Ada sesuatu yang janggal dilakukan layaknya seorang juara.

Padahal, Lalu Muhammad Zohri baru saja menjadi juara dunia sekaligus mencetak sejarah dalam lomba lari kategori 100 meter. Gelar tersebut diraihnya berkat kecepatan dengan catatan waktu 10,18 detik ketika melahap lintasan sepanjang 100 meter.

Dia unggul 0,04 detik dari Anthony Schawrtz asal Amerika Serikat dan juga kompatriotnya, Erick Harrison yang punya catatan waktu sama. Sejarah baru tercipta dalam ajang Kejuaraan Dunia Atletik U-20 2018.

Ketika duo Amerika Serikat berpose dengan bendera kebanggaannya, Lalu Muhammad Zohri masih tertegun. Dia berusaha mencari-cari bendera pusaka Sang Saka Merah-Putih yang sejatinya menyelimuti kebanggannya ketika menjadi juara dunia.

Akhirnya, seseorang datang memberikan bendera yang Lalu sendiri tak sepenuhnya yakin itu Sang Saka Merah-Putih. Maklum, pemberi selembar kain berwarna Merah Putih itu tak tampak seperti orang Indonesia.

Raut bingung masih tak tertahan, meskipun dia akhirnya berusaha untuk memaklumi bendera yang sejatinya miliki seseorang dari Polandia itu.

"Untuk bendera, kita sudahin saja. Yang saya lakukan hanya ingin memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara," kata Lalu Muhammad Zohri ketika tiba dengan kebanggaan di Bandara Internasional Soekarno Hatta dua hari setelah menjadi juara dunia.

Kebingungan Lalu Muhammad Zohri mencari-cari bendera sebenarnya hal wajar. Mungkin saja memang dia tak diunggulkan dalam final tersebut yang membuat federasi tak membekalinya dengan bendera ketika bertanding. Ya, Lalu Muhammad Zohri ternyata membuktikan diri berhasil jadi juara dan mencetak sejarah dunia.

Pelatnas Atletik Asian Games
Pelari Indonesia, Lalu Zohri, berlari saat pemusatan latihan di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Kamis (2/8/2018). Pemusatan latihan ini merupakan persiapan jelang Asian Games XVIII. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Mendadak Tenar dan Banjir Dukungan

Selain menjadi juara dunia, kebingungan Lalu Muhammad Zohri ketika mencari bendera Merah Putih membuat masyarakat iba. Komentar yang mayoritas bernada sedih, miris, terharu, dan bangga mendadak viral ketika Lalu Muhammad Zohri meraih gelar tersebut.

Tiba sebagai juara, Lalu Muhammad Zohri disambut bak pahlawan yang baru memenangi perang. Kilatan lampu kamera mulai menyilaukan matanya saat keluar dari Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. Kalungan bunga, tabuhan gendang, serta Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, menyambut langsung sang juara.

 

"Perasaan saya sih bangga dan sangat bersyukur kepada apa yang saya dapat. Saya pas dengar akan disambut saya merasa terharu dan sedih, soalnya saya juga orang biasa dan tidak menyangka prestasinya akan seperti ini. Saya tidak menyangka sama sekali," ujar Lalu Muhammad Zohri.

 

Jauh sebelum Lalu tiba di Tanah Air, sorotan pun langsung mengarah ke kediamannya di Dusun Karang Pengsor, Pemenang, Lombok Utara, Kabupaten Lombok, Nusa Tenggara Barat. Rumah yang berada di pinggir jalan itu tampak usang. Tak layak menggambarkan rumah seorang juara dunia.

Bantuan pun mulai berdatangan semisal dana segar Rp 100 juta dari pengacara kondang, Hotman Paris Hutapea, hingga akhir cepat tanggap yang dilakukan TNI AD. Rumah Lalu Muhammad Zohri pun disulap menjadi lebih layak.

Tak hanya itu, sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berlomba-lomba memberikan apresiasi buat Lalu. Mulai dari uang pembinaan, hingga 1 kilogram emas murni.

Sang juara dunia pun diundang secara khusus ke Istana Bogor untuk bertemu Presiden Joko Widodo. Hal yang sampai saat ini membuat Lalu tak percaya kalau 10 detik pada 15 Juli 2018 mengubah segala dalam hidupnya.

"Saya tidak menyangka akan mendapatkan sambutan yang sangat luar biasa seperti ini. Saya bangga dan bersyukur sudah memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Saya bangga sekali bisa diundang Presiden, seorang pemimpin negara. Saya diajak berkeliling-keliling dan diberikan motivasi," ucap Lalu.

 

Pelatnas Atletik Asian Games
Pelari Indonesia, Lalu Zohri (kanan), bersama tim estafet saat pemusatan latihan di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Kamis (2/8/2018). Pemusatan latihan ini merupakan persiapan jelang Asian Games XVIII. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Harapan Baru Indonesia

Berbekal gelar pada Kejuaraan Dunia Atletik U-20 2018 membuat bangsa Indonesia mulai menggantungkan harapan pada Lalu Muhammad Zohri di Asian Games nanti. Dengan status tuan rumah, Lalu diharapkan mampu berprestasi di tanah air sendiri.

Pada ajang tersebut, Lalu akan bertarung pada dua kategori. Yakni pada spesialisasinya di nomor 100 meter putra dan estafet 100x4 meter putra.

Luapan pemberitaan akan dirinya membuat Lalu Muhammad Zohri tak tertekan. Apalagi pada Asian Games nanti sama sekali tak ada target mendali yang dibebankan padanya dari federasi.

Hal inilah yang membuat Lalu merasa tanpa beban. Meski demikian, satu janji yang akan dipenuhi Lalu adalah memberikan yang terbaik untuk Indonesia.

"Kalau dari pelatih saya sendiri, sebenarnya tidak ada target di Asian Games. Mungkin targetnya di kejuaraan lain, soalnya saya masih muda. Jadi, tidak ada persiapan khusus untuk Asian Games. Semoga saya bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia," tegas Lalu Muhammad Zohri.

Pengukuhan Kontingen Indonesia
Pelari Indonesia, Lalu Zohri, usai mencium bendera saat acara pengukuhan kontingen Indonesia di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (5/8/2018). Pada Asian Games XVIII, Indonesia menurunkan 938 atlet. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya