Orang RI Kian Doyan Mie, Impor Gandum Diprediksi Melebihi 10 Juta Ton

Volume impor gandum Indonesia diprediksi melompat lebih dari 10 juta ton per tahun dalam lima tahun ke depan.

oleh Nurmayanti diperbarui 05 Mar 2014, 11:46 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2014, 11:46 WIB
100816bgandum.jpg

Liputan6.com, Singapura Volume impor gandum Indonesia diprediksi melompat lebih dari 10 juta ton per tahun dalam lima tahun ke depan. Ini seiring kenaikan pendapatan masyarakat Indonesia yang memicu kenaikan konsumsi mie dan kue, menurut Rabobank International.

Analis Rabobank International, Pawan Kumar dalam laporannya menjelaskan, prediksi ini berdasarkan pada realisasi volume pengiriman gandum ke Indonesia naik lebih dari tiga kali lipat selama dua dekade terakhir mencapai 7,1 juta metrik ton pada 2012-2013.

"Impor bisa mencapai lebih dari 10 juta ton karena wilayah di Indonesia tidak bisa ditumbuhi gandum lokal karena terlalu panas dan lembab. Angka ini nantinya akan setara dengan importir gandum global terkemuka saat ini, Mesir," jelas dia melansir laman Bloomber, Rabu 95/3/2014).

Peningkatan pengiriman ini dikatakan akan menguntungkan eksportir gandum dunia termasuk Australia. Negara ini menjadi pemasok gandum terbesar keempat di dunia, beserta Amerika Serikat dan Kanada.

Indonesia juga disebut menjadi pembeli gula terbesar di dunia dan pengguna minyak sawit terbesar kedua. Konsumsi komoditas pertanian negara ini meningkat setelah ekonomi meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2007.

"Impor gandum meningkat juga dapat membantu Indonesia untuk memenuhi tujuannya untuk mempertahankan swasembada beras," kata Kumar.

Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi dan kenyamanan membuat konsumsi produk olahan gandum meningkat di Indonesia. Masyarakat kini mulai banyak mengkonsumsi Muffin dan sandwich, serta roti.

Indonesia akan menjadi pembeli gandum terbesar keempat dunia pada 2013-2014, dengan volume impor naik 0,8% menjadi 7,2 juta ton, menurut Departemen Pertanian AS.

Mesir masih akan menjadi importir terbesar dengan volume 10,5 juta ton, kemudian diikuti China 8,5 juta ton dan Brasil 7,4 juta.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya