Liputan6.com, Jakarta Pemerintah akan melelang 10 Wilayah Kerja Panas bumi (WKP), yang diharapkan bisa menambah pasokan listrik di tanah air. Salah satu WKP bahkan dikabarkan merupakan gunung yang lebih keramat dibandingkan Gunung Ciremai di Jawa Barat.
Dirketur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulayana mengakui adat timur yang dimiliki Indonesia memang membuat masyarakat masih ada ada yang mengeramatkan gunung.
Di sisi lain, hampir sebagian besar atau sekitar 90% letak sumber panas bumi Indonesia berada di daerah pegunungan.
"Kebetulan panas bumi 90% digunung kemudian Indonesia terkenal banyak gunung apinya juga tekenal sumber panas bumi 40% di dunia. Kebetulan dihutan hutan ada gunung, ndlalah kita itukan orang timur hutan gunung jadi kramat dikeramatkan," kata Rida, di kantornya, Jakarta, Rabu (5/3/2014).
Meski dikeramatkan masyarakat, pemerintah memastikan pengembangan proyek panas bumi akan terus berjalan. Salah satu WKP yang terletak di gunung keramat itu adalah WKP Gunung Lawu.
Bahkan, lanjut Rida, WKP Gunung Lawu lebih dikeramatkan oleh masyarakat Jawa ketimbang Gunung Ciremai. "Rencananya kami akan kembangkan lagi, Gunung Lawu, itu lebih dikeramatkan lagi," ungkap Rida.
Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM, Tisnaldi menambahkan 10 WKP diperkirakan memiliki potensi pasokan sebesar 1.498 Megawatt (MW). Proses lelang dilakukan tahun ini setelah terbit Peraturan Menteri ESDM yang baru tentang lelang.
"10 WKP ini dilelang tahun ini. Kami lelang setelah terbit Permen baru tentang lelang," ujarnya.
Kesepuluh WKP yang akan dilelang tersebut antara lain Simbolon Samosir di Sumatera Utara dengan potensi 155 MW, Gunung Talang di Sumatera Barat (35 MW), Kepahiang di Bengkulu (180 MW), Danau Ranau dan Way Ratai di Lampung (210 MW dan 105 MW), serta Gunung Endut di Banten (80 MW).
Baca Juga
Lima WKP lainnya adalah Candi Umbul Telomoyo dan Gunung Lawu di Jawa Tengan dengan potensi masing-masing 72 MW dan 195 MW, Sembalun di Nusa Tenggara Barat (100 MW), Mataloko dan Ola Ile Ange di Nusa Tenggara Timur (63 MW dan 40 MW), Bora Pulu di Sulawesi Tengah (123 MW), serta di Songa Wayaua di Maluku Utara dengan potensi 140 MW.(Shd)
Advertisement