Ini Dua Masalah Krusial Bikin Ekonomi RI Rapuh

Menteri Keuangan, Chatib Basri mengungkapkan, Indonesia membutuhkan sejumlah reformasi menghadapi tapering AS dan ekonomi China melambat.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 25 Mar 2014, 13:15 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2014, 13:15 WIB
Chatib Basri
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Sydney - Sejumlah ekonom global menganggap kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menarik dana stimulusnya (tapering) ditambah perlambatan ekonomi di China diprediksi dapat menjadi kendala pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Terlebih lagi, saat ini Indonesia tengah menghadapi sejumlah isu besar seperti pemilihan umum, subsidi bahan bakar dan defisit perdagangan.

Dikutip dari ABC News, Selasa (25/3/2014), ekonom dari perusahaan jasa finansial global UBS, Ed Teather memang mengakui ekonomi Indonesia telah jauh lebih baik dibandingkan pertengahan tahun lalu. Tapi Indonesia masih harus berhadapan dengan sejumlah reformasi struktural melaui pemilihan legislatif dan presiden tahun ini.

"Sekarang, setelah serangkaian kebijakan dilakukan dan penyesuaian harga di pasar mata uang dan obligasi diterapkan, keseimbangan perekonomian Indonesia tampaknya belum banyak meningkat," ungkap Teather.

Para analis berharap dapat melihat adanya peningkatan bisnis setelah Indonesia melalui pemilihan legislatif pada April. Lingkungan bisnis yang lebih baik diharapkan dapat membuat para pengusaha mendirikan usaha baru dan menciptakan lowongan pekerjaan.

Sementara itu, Menteri Keuangan Indonesia, Chatib Basri mengatakan, program tapering The Fed bukan satu-satunya penyebab keterpurukan ekonomi Tanah Air sejak pertengahan tahun lalu.

"Kami tak bisa hanya menyalahkan program penarikan dana stimulus (tapering off) The Fed. Kenapa? Karena negara-negara seperti Filipina, Malaysia atau Thailand tidak menerima dampak sebesar yang menimpa Indonesia," ujar Chatib.

Menurut Chatib, untuk mengatasi semua isu ekonomi di Indonesia, dibutuhkan beberapa reformasi. Itulah mengapa dirinya menyesuaikan harga BBM dan menaikkan suku bunga.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya