Rusia Ogah Pakai Dolar AS Buat Transaksi Internasional

Di China, Menteri Perekonomian Rusia akan terlibat dalam pertemuan ekonomi bersama dengan sejumlah menteri dari Indonesia dan Malaysia.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 16 Mei 2014, 12:39 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2014, 12:39 WIB
Dolar
(Foto: foxnews)

Liputan6.com, Moskow Menyusul campur tangan dan sejumlah sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) pada Rusia atas konflik Crimea di Ukraina, pemerintahan yang dipimpin oleh Vladimir Putin ini enggan menggunakan dolar AS untuk sejumlah transaksi internasionalnya. Meski demikian, diakui Menteri Perekonomian Rusia, Alexei Ulyukayev, Rusia tidak bisa secara utuh menghindari penggunaan dolar AS dalam berbisnis bersama rekan-rekan dagangnya.

"Ada beberapa kondisi di mana kami tidak bisa benar-benar mengganti dolar, tapi kami sudah mengurangi penggunaannya dengan beralih ke Yuan China, Won Korea, dan Dong Vietnam," jelasnya seperti dikutip dari itar-tass.com, Jumat (16/5/2014).

Menurut dia, pergantian penggunaan mata uang ini lumrah dilakukan antara negara-negara yang memmiliki hubungan serta perdagangan yang kuat dan utuh.

Sementara berbicara mengenai pertemuan enteri perdagangan Asia Pacific Economic Coorperation (APEC) di China, Ulyukayev mengatakan, para partisipan akan membahas sejumlah persoalan investasi dan perdagangan termasuk pengembangan infrastruktur di kawasan Asia Pasifik.

"Kami memiliki beberapa proposan yang akan kami ajukan pada sejumlah rekan bisnis di APEC," ujarnya.

Di China, Ulyukayev akan terlibat dalam beberapa pertemuan ekonomi bersama dengan sejumlah menteri dari Indonesia dan Malaysia. Dia juga mengaku telah meningkatkan volume perdagangan dan investasi asingnya.

"Jika kami mengukur dampak volume dan investasi ini pada produk domestik bruto, kami masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh dan kami akan mengusahakannya," tegas dia.

Ulyukayev berharap kerjasama dengan Vietnam juga dapat terwujud seiring dengan upayanya di Selandia Baru dan India. Memang, langkah selanjutnya adalah memanfaatkan pasar-pasar besar di sejumlah negara. (Sis/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya