Usia Produktif RI Belum Siap Bekerja

Keadaan demografi Indonesia saat ini justru tengah dalam posisi menguntungkan karena mempunyai angkatan kerja dalam jumlah yang besar.

oleh Septian Deny diperbarui 14 Jul 2014, 15:53 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2014, 15:53 WIB
Ilustrasi Demo Buruh
Ilustrasi Demo Buruh (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah diharapkan mampu memanfaatkan bonus demografi yang dimiliki Indonesian karena bisa memberikan peran sebesar 15% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

"Jika bonus ini dikelola dengan baik, porsi 15% dari pertumbuhan ekonomi bisa disumbang bonus demografi yang kita miliki. Di ASEAN sendiri, porsi 30% dari pertumbuhan ekonominya disumbang dari situ," ujar Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sri Murtiningsih Setyo Adioetomo di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (14/7/2014).

Menurut dia, keadaan demografi Indonesia saat ini justru tengah dalam posisi menguntungkan karena mempunyai angkatan kerja dalam jumlah yang besar.

Namun sayang, dari jumlah angkatan kerja tersebut, hanya sebagian kecil yang memiliki kesiapan bekerja dan berkompetisi dengan angkatan kerja lain.

"Kita sedang diuntungkan usia kerja, kalau mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang layak, itu bisa membawa keuntungan untuk pertumbuhan ekonomi kita. Banyak usia produktif kita antara15 tahun-29 tahun yang belum siap untuk bekerja," tutur dia.

Hal senada diungkapkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal.

Dia mengatakan saat ini jumlah usia muda di Indonesia yang telah bekerja sebagian masih bekerja pada sektor kerja yang memiliki produktifitas rendah, seperti dalam bidang petanian, perkebunan, dan bidang non formal lainnya.

"Padahal semua persoalan pembangunan yang ada di sini berawal dari masalah kependudukan," kata Fasli.

Dia pun mengingatkan agar usia muda produktif di Indonesia ini bisa meningkatkan kemampuan dan keterampilan agar produktifitas kerja mampu dicapai secara maksimal.

"Keuntungan kita, punya bonus demografi. Jangan sampai kita punya angkatan kerja yang kurang seperti yang dialami China. Kalau kita punya etos kerja yang baik, pada saat Singapura, Eropa, China dan Amerika Serikat kehilangan angkatan kerja, kita punya melimpah," tandas dia. (Dny/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya