Pemasangan RFID Kini Difokuskan Pada 2 Hal Ini

Ada 5.500 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang akan dipasangi RFID.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 06 Agu 2014, 11:42 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2014, 11:42 WIB
RFID
(Foto: Telegram)

Liputan6.com, Jakarta - Sistem Monitoring Pengendalian (SMP) Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) akan difokuskan pada kendaraan solar dan daerah pertambangan. Hal ini bertujuan untuk menekan penyalahgunaan.

Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo mengatakan,  RFID awalnya digunakan untuk memonitor konsumsi BBM bersubsidi, namun hal tersebut tidak berjalan efektif.

Ada 5.500 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang akan dipasangi  RFID, ada 90 juta sepeda motor dan 10 juta mobil yang dipasangi RFID. Hal ini dinilai tidak mungkin dicapai karena itu kendaraan solar  yang jadi prioritas.

"Kalau itu nggak ada itu nggak krusial, kendaraan nggak dipakai kendaraan di mana. Rencana tersebut kendala teknis dan finansial tidak berjalan mulus. Jakarta 300 ribu RFID itu dimanfaatkan belum seluruhnya. Itu nggak mungkin," kata Susilo, seperti yang dikutip di Jakarta, Rabu (6/8/2014).

Susilo megaku telah melakukan diskusi dengan Pertamina sebagai pihak yang meluncurkan program FRID. Dari diskusi tersebut disimpulkan kendaraan yang banyak melakukan penyalahgunaan adalah jenis solar, sementara penyalahgunaan premium mengalami penurunan.

"Kita diskusi. Tanya Pertamina yang sering salahgunakan itu yang mana?, ternyata adalah solar. Solar subsidi itulah yang disalahgunakan. tTanya kembali kebanyakan premium bagaimana pengendaliannya, itu tidak banyak bahkan turun," papar dia.

Susilo mengaku, pemasangan RFID juga akan difokuskan pada wilayah pertambangan. Pasalnya, wilayah tersebut sering ditemui penyalahgunaan BBM bersubsidi.

"Pengendalian premium nggak efektif. Rawan penyelundupan Kaltim, Kalsel, Sulsel, Sumsel, Jambi, Riau. Kalau begitu reorientasi kita minta fokus pasang RFID untuk kendaraan solar juga dimulai dari menyalahgunakan yang besar pulaunya," pungkas dia. (Pew/Nrm)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya