Neraca Pembayaran Indonesia Kembali Surplus

Surplus NPI meningkat dari US$2,1 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi US$4,3 miliar pada triwulan II 2014.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 15 Agu 2014, 18:31 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2014, 18:31 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia (2)
Ilustrasi Bank Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II 2014 kembali mencatatkan surplus di tengah tekanan defisit transaksi berjalan yang meningkat.

Surplus NPI meningkat dari US$2,1 miliar pada triwulan sebelumnya menjadi US$4,3 miliar pada triwulan II 2014.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara menjelaskan, membaiknya kinerja NPI tersebut ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang mencatat peningkatan surplus yang signifikan dibandingkan dengan triwulan I 2014.

"Dengan begitu sehingga dapat membiayai sepenuhnya defisit transaksi berjalan yang melebar sesuai pola musimannya," kata Tirta di Gedung Bank Indonesai, Jumat (15/8/2014).

Peningkatan surplus NPI triwulan II 2014 tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan posisi cadangan devisa dari US$102,6 miliar pada akhir triwulan I 2014 menjadi US$107,7 miliar pada akhir triwulan II-2014.

Jumlah cadangan devisa ini cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 6,1 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional. Pada Juli 2014, posisi cadangan devisa kembali meningkat menjadi US$110,5 miliar.

Tirta menambahkan meskipun mengalami peningkatan defisit dibanding triwulan sebelumnya, kinerja transaksi berjalan triwulan II 2014 lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Defisit transaksi berjalan triwulan II-2014 mencapai US$9,1 miliar  atau 4,27 persen dari  PDB, lebih rendah dibandingkan dengan defisit sebesar US$10,1 miliar atau 4,47 persen dari PDB pada periode yang sama tahun 2013, sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah.

"Perbaikan kinerja transaksi berjalan tersebut terutama ditopang oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas seiring penurunan impor mengikuti pelemahan permintaan domestik," paparnya.

Namun demikian, peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas tersebut belum mampu mengimbangi kenaikan defisit neraca perdagangan migas.

Sesuai pola musiman, defisit transaksi berjalan triwulan II-2014 lebih tinggi dibandingkan dengan defisit triwulan I-2014 sebesar US$4,2 miliar atau 2,05 persen dari PDB.

Selain itu, tekanan defisit transaksi berjalan juga dipengaruhi oleh melebarnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer. Pada triwulan II2014, sesuai dengan pola musimannya, defisit neraca jasa melebar dari triwulan I 2014 US$2,2 miliar menjadi US$ 2,9 miliar di triwulan II 2014.

Hal itu akibat meningkatnya pembayaran jasa transportasi barang seiring dengan kenaikan impor serta meningkatnya perjalanan masyarakat ke luar negeri selama musim liburan sekolah. (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya