Liputan6.com, Jakarta - Karen Agustiawan resmi mundur dari jabatannya sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) mulai 1 Oktober 2014. Sejak
dilantik pada 5 Februari 2009, Karen Agustiawan terus membuat gebrakan demi membawa Pertamina menjadi perusahaan kelas dunia.
Hasilnya dalam dua tahun terakhir, Pertamina masuk dalam daftar 500 perusahaan yang mampu mencetak pendapatan terbesar di dunia atau diistilahkan Fortune Global 500. Pertamina merupakan perusahaan Indonesia yang pertama masuk dalam daftar bergengsi dunia.
Pada tahun ini, Pertamina yang menempati yang berada di posisi 123 mengalahkan beberapa perusahaan dunia lain seperti PepsiCo yang ada di peringkat 137, Unilever yang ada di peringkat 140, Google yang ada di posisi 162 dan Caterpillar yang ada di peringkat 181.
Keberhasilan Pertamina tak lepas dari cemerlangnya kinerja keuangan perseroan. Pada tahun fiskal 2013, Pertamina berhasil membukukan total pendapatan sebesar US$ 71,1 miliar.
Laba bersih pada tahun 2013 meningkat 11 persen menjadi US$ 3,07 miliar dari tahun sebelumnya US$ 2,77 miliar, kendati masih mengalami rugi sebesar Rp 5,7 triliun pada bisnis elpiji non subsidi 12 kilogram (kg).
Sosok Karen mulai bersinar dan menarik perhatian perusahaan Migas raksasa dunia ketika berhasil melakukan akuisisi sejumlah korporasi di luar negeri.
Salah satu prestasi besarnya adalah pembelian aset milik Conoco Phillips di Aljazair. Karen juga menjadi tokoh di balik pembelian saham ladang Migas milik Exxon Mobile di Irak.
Secara pribadi, kiprah Wanita kelahiran Bandung, 19 Oktober 1958 itu juga diakui dunia. Karen telah mencatatkan namanya dalam daftar 50 wanita paling berpengaruh dan berkuasa pada dunia bisnis di dunia.
Advertisement
Karen adalah satu-satunya perwakilan Indonesia dalam daftar bergengsi tersebut. Tak hanya itu, pada tahun lalu Karen Agustiawan juga terpilih menjadi wanita paling berpengaruh ke-6 di dunia versi Majalah Fortune.
Kini Karen mengundurkan diri dari posisinya sebagai orang nomor satu di Pertamina. Menteri BUMN Dahlan Iskan menjelaskan, alasan mundurnya Karen yaitu karena ingin fokus mengurus keluarga. Di samping, dia juga ingin berbagi ilmu yang dimilikinya lewat mengajar.
"Beliau sudah diterima mengajar di Harvard, Boston, dan sudah disurati terus kapan bisa mulai mengajar," tutur dia. (Ndw)