Jangan Tinggalkan Bom Waktu dengan Tak Hapus Subsidi BBM

Pemangkasan subsidi BBM akan memicu kenaikan harga.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 20 Agu 2014, 18:49 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2014, 18:49 WIB
Ilustrasi Kadin Indonesia
Ilustrasi Kadin Indonesia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto meminta pemerintah saat ini agar tidak menyisakan bom waktu untuk pemerintah mendatang dengan tidak menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM).

"Pemerintah sekarang tidak memerlukan popularitas lagi. Tidak memikirkan harus dipilih lagi. Sekaranglah yang bisa dilakukan itu, jangan meninggalkan bom waktu ini kepada pemerintahan yang akan datang," kata dia usai penandatangan nota kesepaham dengan Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (20/8/2014).

Dia menerangkan, untuk menggenjot industri dalam negeri diperlukan infrastruktur yang baik. Dengan itu, maka pertumbuhan ekonomi nasional juga turut membaik.

Sayangnya, kata dia dana yang harusnya bisa disalurkan untuk perbaikan infrastruktur justru habis terserap ke subsidi BBM.

"Ini mengganggu perekonomian kita kalau strukturnya tidak memadai. Apakah bandara atau pelabuhan laut. Saya yakin pertumbuhan ekonomi akan meningkat lebih tinggi dari sekarang ini. Masalahnya kan semua dana terserap ke subsidi BBM," ujarnya.

Pemangkasan subsidi BBM akan memicu kenaikan harga, lanjut Suryo hal itu tak perlu dikhawatirkan. Menurutnya, setiap kebijakan pasti memiliki risiko namun pemangkasan ini lebih memiliki banyak manfaat karena akan menggerakan perekonomian nasional.

"Tidak perlu takut, kita kan kompensasinya menggerakan perekonomian Indonesia. Bayangkan Rp 400 triliun, itu jumlahnya luar biasa. Kalau dibagikan ke daerah misalnya untuk bangun infrastruktur, untuk pendidikan, untuk memperkuat modal bank pembangunan daerah," kata dia.

Dia menekankan, pemerintah tak perlu takut mengambil risiko tersebut. Menurutnya, lebih baik pemerintah saat ini mengambil risiko yang paling kecil dampaknya.

"Ini nggak perlu kita terlalu takut inflasi. Risiko dampak pasti ada, tapi kalau pilihannya kita semakin parah dan semakin parah ya lebih baik kita ambil risiko itu," tandas dia. (Amd/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya