Liputan6.com, Jakarta - Dewan Pengupahan DKI Jakarta telah membuat skema kenaikan upah buruh sebagai antisipasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang akan dilakukan oleh presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta yang juga salah satu anggota Dewan Pengupahan DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan perwakilan pengusaha yang duduk di Dewan Pengupahan telah mengatur skema bila terjadi tuntutan kenaikan UMP dari buruh akibat kenaikan BBM subsidi. Skema tersebut diyakini tetap menguntungkan buruh dan tidak memberatkan pengusaha.
"Nanti per 1 November, gubernur dari masing-masing daerah akan mengumumkan UMP 2015. Sementara BBM kan juga belum ada kepastian akan dinaikannya. Untuk itu kami sudah mengantisipasi dengan menyiapkan rekomendasi soal kenaikan BBM," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (2/10/2014).
Rekomendasi yang disiapkan yaitu agar masing-masing perusahaan menaikan tunjangan transportasi sesuai dengan kenaikan harga BBM nantinya. Kenaikan tunjangan ini di luar dari penetapan UMP yang berlangsung pada 1 November.
"Jadi kalau nanti pada November ada kenaikan harga BBM, maka rekomendasi kami agar masing-masing perusahaan bisa menyesuaikan dengan menaikan tunjangan transport bagi buruhnya. Itu disesuaikan dengan kenaikan BBM," lanjutnya.
Hal ini dilakukan Dewan Pengupahan lantaran belum ada kepastian dari kenaikan harga BBM. Sehingga adanya rekomendasi ini dianggap sebagai jalan terbaik bagi kedua belah pihak.
"Ini karena kami tidak bisa meraba, betul atau tidak dinaikan November, dan naiknya berapa persen, kita belum tahu. Itu akan diselesaikan melalui jalur bipartit (kesepakatan antara perusahaan dan buruh). (Untuk UMP) kami berharap tetap berjalan sesuai dengan komponen yang ada saat ini," kata dia.
Disamping itu, Sarman juga berharap para buruh dapat melihat secara nyata bagaimana pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kondisi perekonomian global sehingga tidak menuntut kenaikan UMP diluar batas kewajaran.
"Kita tidak bisa menutup mata bagaiman kondisi ekonomi Eropa dan Amerika. Ini berdampak kepada kita karena mereka salah satu pembeli produk-produk kita. Kalau kondisi ekonomi mereka tidak baik, order berkurang, omset kita juga berkurang. Itu fakta yg kita lihat. Buruh juga harus melihat itu," tandasnya.
Untuk diketahui, Tim transisi Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla menyatakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi akan dilakukan pada bulan November nanti dengan nilai Rp 3.000 per liter. Kenaikan tersebut akan diikuti tuntutan dari para buruh untuk menaikan upah minimum provinsi (UMP) lebih besar. Dny/Gdn)
Dewan Pengupahan Telah Siapkan Skema Kenaikan Tunjangan Buruh
Dewan Pengupahan merekomendasikan masing-masing perusahaan menaikan tunjangan transportasi sesuai dengan kenaikan harga BBM nantinya.
Diperbarui 02 Okt 2014, 13:17 WIBDiterbitkan 02 Okt 2014, 13:17 WIB
Advertisement
Live Streaming
Powered by
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
VIDEO: Titiek Puspa dalam Kenangan, Wawancara Spesial Sosok Penuh Cinta dan Inspirasi
6 Potret Ulang Tahun Valerie Thomas ke-26, Intimate Bareng Keluarga dan Pacar
Chery QQ Bangkit Kembali, Tampil Futuristik dan Jadi Mobil Listrik
Trik Mendapatkan Tiket Pesawat Murah untuk Liburan Hemat, Berikut Strategi Berburu Tarif Promo
Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS, Efek Tarif Trump Mulai Luntur?
Titiek Puspa Meninggal Dunia, Wajahnya Pernah Mejeng di Time Square New York
Tanggapan Telkom soal Tarif Trump yang Disebut Bisa Hambat Infrastruktur Telekomunikasi
Kenangan Titiek Puspa Pertama Kali Menyanyi di Istana, Dilarang Pakai Rok oleh Bung Karno
Jejak Karier Titiek Puspa: Dari Bintang Radio, Layar Kaca, hingga Ikon Musik Indonesia
Titiek Puspa Meninggal Dunia di Usia 87, Sempat Ganti Nama 3 Kali karena Sering Sakit
Catat, Pengguna iPhone Tak Bisa Downgrade ke iOS 18.3.2 Usai Update iOS 18.4!
Apa Itu Perang Tarif dan Dampaknya bagi Perekonomian Global?