Liputan6.com, Jakarta - Pasar saham Indonesia bergejolak usai libur panjang Lebaran 2025. Hal ini seiring pengumuman tarif impor dan resiprokal atau timbal balik oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 2 April 2025.
IHSG melemah 7,9 persen ke posisi 5.996,14 pada Selasa, 8 April 2025 usai libur panjang Lebaran 2025. Koreksi IHSG pun berlanjut pada Rabu, 9 April 2025. IHSG turun 0,47 persen ke posisi 5.967,98.
Baca Juga
Seiring tekanan yang sempat terjadi pasar saham Indonesia sehingga bebani harga saham, bagaimana tanggapan investor yang juga dijuluki Warren Buffett Indonesia yakni Lo Kheng Hong?
Advertisement
Lo Kheng Hong menuturkan, harga saham yang turun merupakan peluang. Investor dapat membeli saham dari perusahaan yang bagus.
“Harga saham yang turun adalah peluang emas, di mana investor dapat membeli saham wonderful company di harga murah,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, Kamis (10/4/2025).
Saat ditanya mengenai saham yang dibeli saat pasar bergejolak, Lo Kheng Hong membeli saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). “Beli BBRI ketika pasar turun,” kata Lo Kheng Hong.
Selain saham BBRI, Lo Kheng Hong memiliki sejumlah saham perbankan. Saham itu antara lain saham PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank OCBC Tbk (NISP), dan PT Bank Danamon Tbk (BDMN). Selain itu, ia juga memiliki saham sektor batu bara seperti PT ABM Investama Tbk (ABMM).
Mengutip Antara, IHSG telah melemah 15,85 persen ke posisi 5.967 sejak awal 2025 hingga penutupan perdagangan Rabu, 9 April 2025. Pada 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sudah melakukan dua kali pembekuan perdagangan atau trading halt sistem perdagangan karena IHSG turun lebih dari 5 persen pada 15 Maret 2025 dan koreksi lebih dari 8 persen pada 8 April 2025.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Blak-blakan, Lo Kheng Hong Bocorkan Sektor Saham Favoritnya
Sebelumnya, investor kawakan, Lo Kheng Hong buka-bukaan mengenai sektor saham jagoannya. Di era ekonomi yang tidak pasti, seiring transisi pemerintah baru baik di dalam negeri dan di luar negeri, Lo Kheng Hong jagokan sektor perbankan.
Sektor ini menjadi favorit Lo lantaran dari sisi kinerjanya mampu membukukan laba hingga puluhan triliun. Namun tentu tidak semua bank masuk kriteria investasi Lo. Ada beberapa pertimbangan untuk investasi pada saham sektor ini, salah satunya Price to Book Value atau PBV.
"Saya ambil bank-bank yang asetnya Rp 200-350 triliun. PBV masih di bawah 1x. Jadi kalau lihat bank yang aset Rp 200-350 triliun, sekarang (di portofolio) ada 2 emiten bank, menyusul 1 lagi (jadi 3), nama saya muncul sebagai 10 besar pemegang saham di sana," kata Lo dikutip Minggu (10/11/2024).
Lo memiliki saham perbankan seperti PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP). Selain perbankan, sektor lain yang masih menjadi favorit Lo adalah batu bara. Untuk sektor batu bara, investor yang kerap dijuluki Warren Buffet Indonesia itu berinvestasi lewat saham PT ABM Investama Tbk (ABMM).
“Masih kok, masih batu bara itu,” kata Lo kepada wartawan.
Secara umum, Lo menilai perusahaan menarik dicermati ketika dikelola oleh manajemen yang bertanggung jawab. Lo menegaskan, dirinya tidak tertarik dengan perusahaan dengan manajemen yang tidak baik.
Selain itu, Lo mempertimbangkan dari sisi bidang usaha. Alih-alih membaca prospek di masa mendatang, Lo lebih memilih emiten atau perusahaan yang sudah jelas laba besar. Menurut Lo, dalam investasi itu penting untuk memastikan tidak membeli kucing dalam karung.
Advertisement
Cermati Sisi Valuasi
"Saya beli perusahaan yang cuannya besar. Perusahaan rugi dan cuan kecil saya tidak mau beli. Saya hanya beli perusahaan yang cuannya besar. Perusahaan bukan hanya untung besar, tapi juga tumbuh. Nikmat sekali kalau punya perusahaan untung besar dan tiap tahun tambah besar untungnya. Seperti memiliki mesin pencetak uang," imbuh Lo.
Selanjutnya, Lo mencermati dari sisi valuasi. Asal tahu saja, Lo memiliki rumus bahwa price earning ratio (PER) maksimal 9x dan price to book ratio (PBV) maksimal 1x.
Terakhir, adalah dividen. Pada tahun lalu, Lo mengantongi dividen Rp 1 miliar. "Dapat dividen besar enak, seperti mendapatkan uang tunggu. Tahun lalu dapat dividen dari emiten-emiten yang saya miliki Rp 100 miliar. Lumayan (besar), enak. Itung-itung saya dapat uang tunggu," kata Lo.
