Chatib Basri: Di Tahun 2013 Terjadi Krisis

Mantan menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, penyesuaian BI Rate tersebut tentu kurang membahagiakan untuk Presiden.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 25 Nov 2014, 13:44 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2014, 13:44 WIB
Chatib Basri 1
Chatib Basri (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri blak-blakan membeberkan kondisi ekonomi Indonesia tahun lalu saat dirinya masuk Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II yang dibentuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat resmi dilantik, pria kelahiran 49 tahun lalu tersebut langsung dihadapkan dengan berbagai masalah yang pelik termasuk rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.

"Tahun 2013 itu terjadi krisis dan kalau tidak ambil kebijakan segera, kejadian 1998 bisa terulang. Tapi karena saat itu saya menjabat sebagai menteri keuangan, maka saya tidak bisa bilang. Karena kalau bilang, bapak dan ibu dan Ibu panik," tegas dia di acara DBS Asian Insight Seminar, Jakarta, Selasa (25/11/2014).

Chatib menceritakan, saat resmi menyandang status Menteri Keuangan, dia langsung datang ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) membawa proposal kenaikan harga BBM subsidi sebesar 44 persen.

"Karena situasi krisis dan Ben Bernanke saat itu memberi sinyal tapering off sehingga kurs rupiah kena. Opsinya saat itu cuma naikan harga BBM subsidi supaya defisit transaksi berjalan lebih kecil," papar dia.

Risikonya, kata Chatib, suku bunga Bank Indonesia (BI) terpaksa naik dan rupiah dilepas sesuai fundamentalnya. Penyesuaian BI Rate tersebut tentu kurang membahagiakan untuk Presiden.

"Meyakinkan untuk menaikan BI Rate memang berat, karena Presiden (SBY) tidak akan happy dan komentar Pak SBY saat itu adalah pemilihan umum 2014. Jadi perlambatan pertumbuhan ekonomi memang by design," papar dia.

Efek positif dari kebijakan itu, defisit transaksi berjalan menyempit dari US$ 10 miliar menjadi US$ 4 miliar dan terus mengecil jumlahnya.

"Dan kita berhasil keluar dari krisis bulan Januari 2014, lalu majalah asing menyebut kita dari negara Fragile Five menjadi Fantastis Five di April lalu," terangnya.

Chatib mengaku, pemerintah merilis paket kebijakan usai penyesuaian harga BBM subsidi, terutama memberikan insentif kepada pelaku usaha. Hal ini dilakukan untuk menekan angka pengangguran yang diprediksi meningkat. "Akhirnya kita bisa save 300 ribu tenaga kerja meski pertumbuhan ekonomi slow down," ujar dia.

Chatib Basri mengingatkan, agar bendahara umum negara dapat memastikan cash flow negara ini aman hingga sepanjang tahun. "Untuk mengetahui penerimaan pajak, butuh lag 8 jam, tapi per menit harus tahu penerimaannya berapa yang masuk," pungkasnya. (Fik/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya