Cerita BI Soal Ekonomi AS yang Bangkit dari Kolaps

Penguatan dolar AS telah membuat hampir seluruh mata uang di dunia tertekan termasuk rupiah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 17 Des 2014, 19:07 WIB
Diterbitkan 17 Des 2014, 19:07 WIB
Gedung BI
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan saat ini terjadi tren penguatan dolar Amerika Serikat (AS) di hampir seluruh mata uang dunia termasuk rupiah. Hal tersebut dipicu perbaikan ekonomi AS melalui langkah penurunan suku bunga di periode 2008-2009.

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menyatakan, penguatan dolar AS dalam skala global menenggelamkan mata uang Yen Jepang, Euro Eropa, Dolar Singapura, Ringgi Malaysia, juga Rupiah Indonesia.

"Penyebabnya ada pemulihan ekonomi AS secara nyata, riil, nggak bohong-bohongan. Ditunjukkan dari angka pengangguran yang turun, penciptaan lapangan kerja naik," ujar dia kepada wartawan dalam Diskusi Rupiah di Gedung BI, Jakarta, Rabu (17/12/2014).

Mirza menceritakan, ekonomi AS pernah mengalami kolaps pada periode 2008-2009. Peristiwa ini langsung direspons Bank Sentral AS dengan menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) dari 5 persen menjadi 0,25 persen.

"Penurunan suku bunga di AS akhirnya manjur, sementara di Eropa dan Jepang yang melakukan hal sama, belum bisa terobati karena buktinya masih resesi," terang dia.

Lanjutnya, ekonomi Tiongkok saat ini tengah melambat. Pada awalnya, kata Mirza, Tiongkok sengaja memperlambat perekonomiannya untuk mengurangi bubble harga properti, polusi dan lainnya. Sayang kebijakan by design itu justru melampaui target pemerintah Tiongkok.

"(Penurunan suku bunga) itu membuat ekonomi AS the only country yang saat ini tumbuh, sehingga nggak heran mata uang dolar menguat," ujar Mirza.

Dengan perbaikan ekonomi ini, sambungnya, mendorong keyakinan pasar dan BI dengan adanya kenaikan suku bunga acuan The Fed menuju sekira 3 persen dalam 3 tahun ke depan.

"Besok kan ada Rapat Dewan Gubernur Bank Sentral AS, apakah kenaikan Fed Fund Rate akan dilakukan pada semester I atau semester II tahun depan. Kalau di semester I, dolar AS akan semakin kuat. Jadi statement The Fed sangat ditunggu," tukas dia. (Fik/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya