Perusahaan Minyak Dunia Terlibat Perang Harga

Perang harga minyak global semakin menjadi sebagai bentuk pertahanan sejumlah perusahaan energi di dunia.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 21 Jan 2015, 13:54 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2015, 13:54 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 3 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Tambang Minyak 3 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate dan jenis Brent kembali terjun bebas masing-masing ke harga US$ 46,39 per barel dan US$ 46,7 per barel setelah data produksi minyak mentah di Irak melonjak dan mencetak rekor tertinggi.

Akibatnya, perang harga minyak global semakin menjadi sebagai bentuk pertahanan sejumlah perusahaan energi di dunia.

Mengutip laman The Globe and Mail, Rabu (21/1/2015), perang harga minyak global juga terjadi lantara para penghasil minyak terbanyak di dunia, Arab Saudi berupaya merebut pasar energi dari para pesaingnya di Amerika Utara.

Total SA asal Prancis menjadi perusahaan energi terakhir yang memangkas anggara belanjanya tahun ini. Raksasa perusahaan minyak tersebut memangkas anggaran hingga sekitar US$ 3 miliar pada 2015.

Rencananya Total akan mengurangi produksinya di Kanada dan Amerika utara. Semua itu dilakukan agar dapat bertahan menjual minyak dengan harga murah.

Sementara itu, perusahaan jasa minyak Baker Hughes Inc memangkas 7.000 lowongan pekerjaan atau 11 persen dari total keryawannya hanya beberapa hari setelah pesaingnya mengumumkan aksi PHK besar-besaran. Sebelumnya, Schlumberger Ltd mengumumkan tengah melakukan PHK pada 9.000 karyawan.

Seluruh aksi pemangkasan tersebut merupakan bukti baru bahwa harga minyak tengah mengalami kemerosotan parah. Artinya, penurunan harga minyak telah menjatuhkan banyak korban di beberapa perusahaan energi terbesar di dunia.

"Butuh kerja keras dan banyak pengorbanan, sebelum kondisi harga minyak kembali pulih," ungkap Edward Morse, Managing Director and Global Head of Commodities di Citi Research.

Semua langkah dilakukan perusahaan energi dunia agar bisa bertahan menjual minyak dengan harga murah. (Sis/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya