Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia kembali menguat pada perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan patokan minyak jenis Brent cetak kenaikan dua mingguan terbesar dalam 17 tahun. Meroketnya harga minyak ditopang sejalan dengan berkurangnya jumlah rig pengeboran minyak serta aksi kekerasan yang terjadi di Libya.
tu
Dilansir dari Reuters, Sabtu (7/2/2015), harga minyak Brent ditutup naik US$ 1,23 atau 2,2 persen menjadi US$ 57,8 per barel. Minyak mentah AS atau West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik US$ 1,21 atau 2,4 persen menjadi US$ 51,69 per barel.
harga minyak mentah telah meningkat hampir 20 persen dalam enam sesi terakhir, namun tetap berada 50 persen di bawah puncaknya dari pertengahan tahun lalu karena kekhawatiran banjir minyak dunia.
Harga minyak berjangka jenis Brent berjangka mencatat kenaikan 9 persen pada pekan ini, terbesar sejak 2011, dan 19 persen lebih selama dua minggu, yang terbesar sejak 1998.
Awalnya, banyak analis menilai pasar akan tetap kelebihan pasokan minyak meski jumlah rig dan anggaran eksplorasi yang dialokasikan perusahaan-perusahaan minyak berkurang. Namun, lama-lama pengurangan aktivitas produksi dan eksplorasi ini membuat khawatir investor karena akan membuat stok minyak dunia terus menyusut.
Jumlah seluruh dunia untuk rig pengeboran minyak turun 261 pada bulan Januari, kata perusahaan jasa minyak Baker Hughes. Rata-rata jumlah rig minyak AS turun 199 pada Januari. Pekan ini, lagi 83 rig minyak AS mulai offline, kata Baker Hughes. Selain data jumlah rig, kenaikan harga didukung oleh pertempuran di Libya. (Ndw)
Advertisement