Biaya Hidup Tinggi, Warga Perbatasan RI-Malaysia Minta Upah Naik

Warga perbatasan RI-Malaysia selama ini mendapat pasokan barang kebutuhan dipasok dari Kuching, Malaysia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 16 Feb 2015, 09:30 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2015, 09:30 WIB
Ilustrasi Upah Buruh
Ilustrasi Upah Buruh (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Kapuas Hulu - Upah Minimum Kabupaten (UMK) menjadi salah satu ‎indikator setiap wilayah di Indonesia dalam menentukan kesejahteraan masyarakatnya. Tak heran, tuntutan kenaikan upah bermunculan dari berbagai daerah, termasuk dari warga perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia yang berada di Kecamatan Badau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.‎ 

Camat Badau, Ahmad Salaffudin meminta kepada pemerintah pusat untuk meningkatkan UMK wilayahnya. Pasalnya, biaya hidup di daerah ini sangat tinggi. 

"Di sini semua serba mahal, jauh dari mana-mana, jauh dari Pontianak, jadi menurut saya yang harus ditinjau pemerintah itu ya UMK," ucap dia saat berbincang dengan Liputan6.com yang ditulis Senin (16/2/2015).

Dia menjelaskan UMK kabupaten Kapuas Hulu saat ini sebesar Rp 1,3 juta per bulan. Dengan kondisi geografis kabupaten tersebut, maka upah para pekerja di daerah tersebut dinilai rendah.

Terang saja, perjalanan menuju Badau hanya mampu ditempuh dengan dua jalur yaitu darat dan sungai. Adapun jika melalui darat memakan waktu kurang lebih 20 jam dari kota Pontianak. Sedangkan untuk‎ jalur sungai, bisa mencapai 1-2 hari.

Daerah yang berada di perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia tersebut mayoritas barang kebutuhan dipasok dari Kuching, Malaysia. Untuk itu daya beli masyarakatnya mau tidak mau harus mengikuti harga barang-barang dari Malaysia.

‎"Ya kepemilikan uang Ringgit masyarakat sini semata-mata untuk itu (mengimbangi daya beli produk Malaysia)," tegas dia.

Namun ketika dipertanyakan berapa usulan dia untuk dimana UMK yang layak untuk warga perbatasan tersebut, Salaffudin lebih melemparkannya ke masyarakat langsung.

Tak mau berlarut-larut dengan persoalan UMK, Slaffudin mengaku selalu menghimbau kepada masyarakat untuk menyisihkan penghasilannya untuk berinvestasi.

"Ya saya sarankan supaya bisa tetap survive untuk jangan lupa investasi, karena itu salah satu alternatif karena upah mereka kurang tadi," papar Salaffudin.

Saat ini warga Badau memiliki beberapa investasi mulai dari usaha, emas, hingga perkebunan meski lahannya hanya berada di belakang rumah masing-masing. (Yas/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya