Hadapi MEA, Bank Pelat Merah Tak Perlu Merger

Gatot melihat bahwa banyak yang keliru memahami konsep awal dari MEA.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 18 Feb 2015, 16:03 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2015, 16:03 WIB
Bank Mandiri
Ilustrasi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mengeluarkan wacana untuk menggabungkan (merger) beberapa bank yang bernaung di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Rencana penggabungan ini dilakukan untuk menghadapi kompetisi dengan bank asing ketika Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berjalan.

Namun rencana tersebut ditentang oleh Ketua Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara‎), Gatot M Suwondo. Menurutnya, untuk menghadapi MEA, pemerintah tidak perlu melakukan menggabungkan seluruh bank pelat merah.

Gatot melihat bahwa banyak yang keliru memahami konsep awal dari MEA. Menurutnya, MEA untuk industri perbankan yang rencananya akan dimulai pada 2020 nanti sebenarnya bukan merupakan ajang persaingan melainkan merupakan sarana untuk bekerjasama.

"Tujuan MEA itu untuk demi kesejahteraan di seluruh negara ASEAN. Jadi itu bukan sebagai ajang persaingan, tapi kita melihat ini sebagai ajang kerjasama untuk mencapai kesejahteraan itu," kata Gatot di Jakarta, Rabu (18/2/2015).

Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT BNI Tbk tersebut menambahkan, jika MEA dianggap sebagai ajang kompetisi untuk saling berkompetisi, maka hal tersebut akan membuat industri perbankan Indonesia dimanfaatkan oleh industri perbankan asing.

Gatot sendiri membandingkan hal itu layaknya sebuah petinju dimana perbankan di Indonesia masih masuk dalam kelas bulu namun negara tetangga seperti Sinyapura dan Malaysia merupakan kelas berat.

"Modal Rp 800 triliun digabung dengan Rp 400 triliun digabung jadi Rp 1.200 triliun, digabung-gabung masih kelas bulu juga, DBS itu Rp 3.500 triliun, jadi belum masuk kelas berat juga," ceritanya.

Sementara di kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Analis‎ Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan mengungkap, saat ini bukan waktu yang tepat‎ untuk menggabungkan beberapa industri perbankan nasional di Indonesia.

"Menurut saya saat ini masih terlalu berisiko untuk hal itu, selain belum tentu akan menjadi lebih baik itu sosial cost-nya sangat besar," tegas dia.

Untuk itu, dirinya lebih mengusulkan agar perbankan nasional melakukan konsolidasi antar perbankan yang lebih baik untuk menjadikan lini bisnisnya lebih kuat.

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, kembali menggulirkan wacana peleburan BNI dan Mandiri meskipun upaya tersebut belum sanggup mengejar Bank DBS asal Singapura. "Mandiri sama BNI di merger saja. Tidak akan mengejar DBS, tapi paling tidak mulai mendekati," ucap dia.

(Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya