Biaya Produksi Mahal, Produsen Mainan RI Pilih Jadi Importir

Untuk menekan biaya produksi mainan dalam negeri, harus ada strategi yang jitu yaitu dengan membenahi jalur distribusi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 23 Feb 2015, 14:34 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2015, 14:34 WIB
Mainan
(Foto: Septian Deny/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia menjadi sasaran empuk pasar mainan luar negeri karena merupakan salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia. Namun sayangnya, produsen mainan lokal tidak mampu bersaing dengan produsen mainan dari luar negeri karena harga yang ditawarkan oleh mainan impor lebih murah.

Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel mengatakan, salah satu hal yang membuat produsen mainan lokal sulit bersaing soal harga dengan produk impor karena biaya produksi dari mainan lokal sangat tinggi sehingga membuat harga jual mainan lokal lebih mahal.

" Mainan buatan dalam negeri dikenakan  biaya macam-macam sehingga biaya produksi tinggi. Berbeda, mainan impor jauh lebih murah," kata Rachmat, di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (23/2/2015).

Karena sulit bersaing, banyak produsen mainan dalam negeri memilih untuk berganti profesi. Mereka lebih memilih untuk menjadi importir main. Padahal, kualitas mainan impor kadang masih lebih rendah ketimbang produksi dalam negeri.

"Mainan anak-anak standarnya rendah, mengganggu konsumen kita, industri mainan kita mengurangi produksinya memilih impor," tuturnya.

Untuk menekan biaya produksi mainan dalam negeri, harus ada strategi yang jitu yaitu dengan membenahi jalur distribusi. Hal tersebut harus disiapkan, karena dalam delapan bulan ke depan, Indonesia akan menghadapi perdagangan bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Termasuk sekarang membenahi jalur distribusi supaya menurunkan harga jual, kita siapkan, kalau tidak disiapkan maka kita akan dimanfaatkan oleh orang, Indonesia besar pasarnya," pungkasnya. (Pew/Gdn)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya