Proyeksi Permintaan Meningkat, Harga Minyak Mentah Melambung

Minyak mentah jenis Light untuk pengiriman Juni naik US$ 1,50 atau 2,5 persen menjadi US$ 60,75 per barel di New York Mercantile Exchange.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Mei 2015, 06:40 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2015, 06:40 WIB
Harga Minyak Dunia Tertekan Dipicu Kekhawatiran Ekonomi Global
Harga minyak dunia kembali tertekan seiring permintaan melambat, sedangkan produksi minyak melimpah dan kekhawatiran ekonomi global.

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah naik pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) setelah adanya perkiraan kenaikan permintaan akan minyak mentah yang dikeluarkan oleh dua lembaga.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (13/5/2015), minyak mentah jenis Light untuk pengiriman Juni naik US$ 1,50 atau 2,5 persen menjadi US$ 60,75 per barel di New York Mercantile Exchange, Amerika Serikat (AS). Sedangkan minyak mentah jenis Brent, yang menjadi patokan harga global, menguat US$ 1,95 atau 3 persen menjadi US$ 66,86 per barel di ICE Futures Europe exchange.

Organisasi negara-negara pengekspor minyak atau Organization of The Petroleum Exporting Countries (OPEC) pada Selasa (12/5/2015) mengeluarkan proyeksi permintaan minyak mentah untuk tahun ini. Dalam proyeksi tersebut, OPEC memperkirakan bahwa permintaan minyak berada di level 92,5 juta barel per hari atau naik 50 ribu barel per hari jika dibanding dengan proyeksi yang dikeluarkan pada bulan April 2015 lalu.

Dalam laporan yang terpisah,  Departemen Energi Amerika Serikat atau The U.S. Energy Information Administration mengeluarkan data proyeksi bahwa pada 2015 ini permintaan global akan naik di kisaran 190 ribu barel per hari atau menjadi 93,28 juta barel per hari.

Alasan yang menjadi dasar dua lembaga tersebut menaikkan proyeksi permintaan minyak mentah adalah adanya prospek perbaikan ekonomi di Eropa didorong oleh rendahnya harga minyak yang rendah. Eropa memang sedang menghadapi krisis, namun karena harga minyak cukup rendah setidaknya selama enam bulan ini membuat biaya produksi turun sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.

Harga minyak di Amerika dan dunia mendekati level tertingi pada tahun ini setelah sebelumnya turun sekitar 40 persen dari level tertinggi yang ditorehkan pada Juni 2014 lalu atau ketika harga masih berada di atas US$ 100 per barel.

Harga minyak telah jatuh pada akhir 2014 lalu karena pertumbuhan produksi yang cukup cepat dan penurunan permintaan. Tetapi pasar kembali pulih dalam beberapa minggu terakhir karena ekspektasi penurunan produksi di Amerika Serikat.

Dalam laporan Departemen Energi Amerika Serikat yang dikeluarkan pada Senin (11/5/2015) kemarin menunjukkan bahwa produksi minyak mentah dari tujuh wilayah turun 54 ribu barel per hari pada Mei 2015. Sedangkan pada Juni 2015 diperkirakan produksi juga akan turun 86 ribu barel per hari.

"Prediksi dari Departemen Energi Amerika tersebut tentu saja memberikan dukungan ke pasar untuk mengantisipasi penurunan produksi minyak mentah selama beberapa bulan ke depan pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan permintaan akan minyak global," jelas Direktur Perusahaan konsultan Minyak Lipow Oil Associates, Andy Lipow.

Di awal 2015 ini, persediaan minyak mentah di Amerika sebenarnya terus berada di level tertinggi dalam 80 tahun terakhir. Namun angka persediaan tersebut jatuh untuk pertama kalinya pada pekan yang berakhir pada 1  Mei 2015 lalu. Penyebab jatuhnya persediaan minyak di AS tersebut karena kenaikan permintaan dan penurunan produksi.

Berbeda dari data yang dikeluarkan oleh Departemen Energi AS, analis yang disurvei oleh Wall Street Journal menyebutkan bahwa pasokan minyak mentah akan naik 100 ribu barel pada pekan lalu. Analis juga memperkirakan bahwa persediaan bahan bakar minyak anak naik 400 ribu barel pada minggu lalu.

Pada hari ini, Departemen Energi AS akan mengeluarkan data persediaan mingguan. The American Petroleum Institute, sebuah kelompok industri minyak, menyatakan bahwa pasokan minyak mentah telah turun 2 juta barel. (Gdn)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya