Alasan Miliarder Terkaya RI Sumbang Rp 1 Triliun ke TKW

Orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes, Tahir mengucurkan dana Rp 1 triliun untuk pelatihan calon tenaga kerja wanita (TKW).

oleh Septian Deny diperbarui 21 Mei 2015, 11:23 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2015, 11:23 WIB
Bos Mayapada Tahir bersama Bill Gates dan Istri (Foto: Mayapada Group)
(Foto: Mayapada Group)Bos Mayapada Tahir bersama Bill Gates dan Istri (Foto: Mayapada Group)

Liputan6.com, Jakarta - Orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes, Tahir, mengucurkan dana sebesar Rp 1 triliun untuk pelatihan calon tenaga kerja wanita (TKW) yang akan bekerja di luar negeri. Lantas apa alasan bos Bank Mayapada ini menyumbangkan sebagian dari kekayaannya tersebut untuk para TKW?

Tahir mengatakan dengan dana ini, pihaknya berharap bisa memberikan pelatihan yang konsisten kepada perempuan Indonesia menjadi calon TKW yang berkeahlian dan berketahanan sehingga mempunyai posisi tawar.

Dengan keahlian yang dimiliki nantinya, lanjut dia, para TKW ini bukan lagi berprofesi sebagai PRT saja, melainkan dapat memperoleh penghasilan tambahan bagi dirinya dan keluarganya serta dapat mengurangi resiko terhadap tindakan pelecehan.

"Saya berharap menjadi TKW di luar negeri hanya selama 2-3 tahun guna mendapatkan modal untuk berwirausaha, lebih-lebih kalau bisa menjadi wirausaha di luar negeri," ujarnya di Jakarta, Kamis (21/5/2015).

Menurut Tahir, seharusnya menjadi TKW di luar negeri bukan menjadi tujuan utama, tetapi hanya menjadi tujuan antara untuk selanjutnya membangun usaha sendiri atau menjadi wirausahawan.

"Kan mereka sudah dibekali keahlian bahasa dan ketrampilan," lanjutnya.

Pelatihan ini sendiri digagas oleh yayasan sosial miliknya yaitu Tahir Foundation dengan menggandeng Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA) melalui penandatangani Nota Kesepahaman Proyek Pelatihan Calon Tenaga Kerja Wanita (TKW) untuk mempersiapkan calon tenaga kerja yang kompeten.

Dengan mengambil tagline Wanita Indonesia Hebat (WIH), proyek pelatihan calon TKW ini akan diadakan selama 5 tahun dengan melibatkan enam provinsi sebagai pilot project di tahun pertama ini diantaranya Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Maluku.

Pelatihan Tenaga Kerja Wanita Indonesia Hebat (WIH) ini meliputi lima bidang pelatihan, antara lain bidang bahasa (bahasa Inggris dan bahasa Mandarin), bidang hospitality, bidang keperawatan, bidang dasar bisnis dan pelatihan pengembangan karakter.

Pelatihan TKW ini rencana akan dimulai pada Agustus. Kementerian PP-PA dengan Tahir Foundation juga akan bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri dan K/L seperti Kementerian Ketenagakerjaan dan BNP2TKI serta melalui duta besar Indonesia di negara tujuan, seperti  Hong Kong, Singapura, Malaysia, Taiwan, dan khususnya Dubai.

 

Siapa Tahir?

Pendiri Mayapada Group

Pendiri Mayapada Group


Dato’ Sri Prof. Dr. Tahir atau biasa akrab dipanggil Tahir lahir di Surabaya pada 26 Maret 1952. Pria terkaya di Indonesia ini memulai kiprah di dunia usaha dengan merintis bisnis garmen.

Dari garmen lambat laun, Tahir merambah bisnis lain. Diawali dari Mayapada Group yang didirikannya pada 1986, bisnisnya merambat dari dealer mobil, garmen, perbankan, real estate sampai di bidang kesehatan. Bahkan Tahir juga masuk ke dunia media dengan mendirikan Forbes Indonesia.

Bank Mayapada yang didirikan tahun 1990 menjadi salah satu andalan tahir untuk mengumpulkan pundi-pundi uang.  Dari bisnis yang dijalankannya, Tahir mengantongi kekayaan US$ 1,85miliar pada tahun ini. 

Pria berusia 63 tahun ini tercatat sebagai orang terkaya nomor 11 di Indonesia dan 1.105 dunia versi Majalah Forbes.

Gagal jadi dokter...

 

Gagal Jadi Dokter

Gagal Jadi Dokter

Menjadi pengusaha sebenarnya bukanlah cita-cita Tahir saat masih kecil. Impian Tahir sesunguhnya adalah ingin menjadi seorang dokter. Usai lulus dari SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya, Tahir melanjutkan pendidikannya dengan menjadi mahasiswa sekolah kedokteran di Taiwan. Namun cita-citanya kandas karena kematian sang ayah sehingga tak sanggup membayar biaya kuliah.

Berbekal beasiswa, Tahir melanjutkan sekolah bisnis di Nanyang Technological University, Singapura. Namun, meski sudah menjadi pengusaha sukses, impian tahir ternyata belum pupus. Ia pun mendirikan Rumah Sakit Mayapada dan mulai beroperasi sejak 1995.

Melalui rumah sakit ini, Tahir membantu orang-orang yang kurang mampu, termasuk memberikan pengobatan gratis bagi anak-anak yang mengidap kanker.  Bahkan, untuk biaya transplantasi yang miliaran bisa ditanggung yayasan amal tersebut.

Miliarder murah hati...

Miliarder Murah Hati


Miliarder Murah Hati

Membantu anak-anak penderita kanker mungkin hanya sebagian dari aktivitas sosial yang dilakukan Tahir melalui lembaga amalnya.

Melongok sepak terjangnya, Tahir adalah contoh miliarder yang bisa jadi panutan karena tak pelit mengeluarkan uang ratusan miliar demi kesehatan orang miskin atau untuk beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu di seluruh Indonesia.

Dengan kekayaan US$ 1,85 miliar, Tahir menjadi salah satu miliarder paling murah hati di tanah air. Forbes mencatat, Tahir menyumbangkan tak kurang dari US$ 50 juta atau Rp 475 miliar untuk sejumlah universitas di China, Indonesia, Amerika Serikat, dan Singapura.

Tak hanya Tahir, sang Istri yang merupakan putri dari pengusaha Indonesia Mochtar Riady, Rosy Riady, juga mendirikan yayasan sosial h2h Charity yang berperan membantu menyekolahkan anak-anak kurang mampu di Indonesia.

Tahir juga bergabung dengan Bill & Melinda Gates Foundation, yayasan sosial milik miliader terkaya di dunia Bill Gates. Saking dekatnya, pendiri Microsoft yang juga merupakan miliarder nomor satu dunia itu rela menyambangi Jakarta pada 5 April 2014 atas undangan Tahir.

Kunjungan singkat ke Jakarta ini untuk urusan sosial, tepatnya mendukung penuh pembentukan Indonesia Health Found, sebuah lembaga sosial yang akan menampung donasi para pengusaha dan filantropis di Indonesia yang dananya akan disumbangkan ke berbagai kegiatan kemanusiaan.

Bos Mayapada ini juga diketahui menyumbangkan dana hingga US$ 100 juta setara Rp 950 miliar, dari rencana sebesar US$ 200 juta. Sumbangan itu untuk membantu yayasan tersebut menanggulangi melawan masalah TBC, HIV, dan malaria di Indonesia. Dana tersebut juga digunakan untuk memperluas akses alat kontrasepsi.

(Dny/Ndw)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya