Liputan6.com, Jakarta - Penguatan dolar mempengaruhi industri minyak dan gas nasional. PT Pertamina (persero) mengaku penguatan dolar membuat biaya pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) meningkat hingga 19 persen.
Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina, Ahmad Bambang mengatakan, penguatan dolar sangat berpengaruh terhadap pengadaan BBM karena sebagian besar dipasok dari impor.
"Tentu ada pengaruh terhadap impor, kalau dirupiahkan mahal," kata dia di Terminal BBM Plumpang, Jakarta, Rabu (10/6/2015).
Dia mengungkapkan, kurs dolar dan harga minyak merupakan dua komponen yang paling berpengaruh dalam pembentukan harga BBM. Sementara komponen lain justru menunjukan penurunan. "HPP (harga pokok produksi) naik, komponen utama sudah naik 19 persen dari harga terakhir," tutur dia.
Menurut Bambang, jika kenaikan harga akibat penguatan dolar dan harga minyak di dunia, bukan sesuatu yang bisa dibendung perusahaan. Pertamina pun sulit melakukan efisiensi untuk menekan kerugian. "Kalau komponen standar apalagi, efisiensi menurun, HPP dan kurs dolar diluar kendali kitalah," pungkas dia.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berkutat di kisaran 13.300 pada perdagangan Rabu (10/6/2015) ini. Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menahan pelemahan rupiah ke level yang lebih dalam.
Melansir data valuta asing Bloomberg, pada pukul 10.29 WIB, nilai tukar rupiah melemah tipis 0,19 persen ke level 13.333 per dolar AS jika dibanding dengan penutupan sehari sebelumnya yang tercatat di level 13.307 per per dolar AS.
Di sesi awal perdagangan, nilai tukar rupiah sempat menguat ke level 13.314 per dolar AS. Dalam perdagangan hari ini rupiah berada di kisaran 13.313 per dolar AS hingga 13.368 per dolar AS.
Sementara, Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, mencatat nilai tukar rupiah menguat 33 basis poin ke level 13.329 per dolar AS jika dibandingkan dengan perdagangan kemarin yang ada di level 13.362 per dolar AS.(Pew/Nrm)