Harga Minyak Turun, Aksi PHK Karyawan Bisa Tambah Parah

Sejumlah perusahaan energi harus menghentikan para pegawai berketerampilan tinggi yang sebenarnya dibutuhkan industri tersebut.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 12 Jun 2015, 13:14 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2015, 13:14 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Tambang Minyak 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, New York - Bagi para konsumen, harga minyak yang terus turun dan murah tentu merupakan kabar positif. Tapi tidak bagi sejumlah perusahaan energi yang harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sejumlah karyawan demi menghemat biaya operasional yang kian tertekan lantaran harga minyak murah.

Melansir laman CNBC, Jumat (12/6/2015), sejumlah perusahaan energi harus memberhentikan para pegawai yang mempunyai ketrampilan tinggi yang sebenarnya dibutuhkan industri tersebut. "Penurunan harga minyak juga meningkatkan kecemasan di kalangan pegawai," kata CEO Hornbeck Offshore Services, Todd Hornbeck.

Saat ini harga minyak masih bertahan di level bawah atau 50 persen lebih rendah dibandingkan puncak tertingginya tahun lalu. Artinya, perusahaan harus memangkas biaya produksi agar tetap bisa bersaing dengan perusahaan lain.

Hornbeck mengatakan, kekhawatiran terhadap pemutusan hubungan kerja juga dapat menghambat potensi para pegawai muda berbakat yang merintis karir di industri perminyakan. Menurutnya, ancaman PHK kini menjadi salah satu isu besar di perusahaan minyak.

Tak hanya para pekerja yang usianya sudah mendekati pensiun, para pegawai baru dengan berbagai keterampilan juga ikut dihantui kecemasan tersebut. Beberapa perusahaan ke depan diprediksi masih akan memberhentikan sejumlah karyawan demi mendapatkan posisi produksi yang lebih efisien.

Pada Januari tahun ini, perusahaan penyedia jasa dan peralatan lapangan minyak nomor satu di dunia Schlumberger Ltd mengaku harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 9.000 pegawai lantaran harga minyak sudah menyentuh US$ 47 per barel.

Sebulan kemudian, Halliburton mengumumkan akan memberhentikan sekitar 6,5 persen hingga 8 persen dari seluruh pegawainya di dunia setelah harga minyak kembali menurun. Sebanyak 6.400 pegawai akan terkena dampak dari keputusan perusahaan global itu untuk menghemat anggaran. (Sis/Gdn)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya