Business Talk: Klarifikasi Menkeu Bambang Soal Ambruknya Rupiah

Meski dihadang pelemahan rupiah, ekonomi Indonesia diklaim jauh lebih bagus dibanding tiga negara lain.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 24 Jun 2015, 11:25 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2015, 11:25 WIB
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro (Liputan6.com/Endang)
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro (Liputan6.com/Endang)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terus melemah hingga sempat menembus level 13.400 per dolar AS dan disebut-sebut sebagai pelemahan terparah sejak krisis 1998.

Dalam wawancara Khusus dengan Liputan6.com, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menjelaskan penyebab pelemahan kurs rupiah berasal dari kombinasi faktor global dan domestik di Indonesia. Secara global, keperkasaan dolar AS telah menghantam hampir seluruh mata uang negara di dunia, termasuk rupiah.

Dari sisi domestik, harga komoditas yang selama ini menjadi andalan eskpor dan ekonomi Indonesia mengalami penurunan. Merosotnya harga jual terjadi di komoditas batu bara, minyak kelapa sawit mentah (CPO), harga minyak dunia dan bahan tambang lainnya.

"Rendahnya harga komoditas ini membuat ekonomi kita tumbuh menjadi lebih lambat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sehingga mengurangi optimisme atau sentimen positif terhadap ekonomi Indonesia," paparnya.

Meski dihadang pelemahan rupiah dan perlambatan ekonomi, Bambang memastikan Indonesia masih jauh dari jurang resesi.

Bambang menjelaskan resesi ekonomi di sebuah negara ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin menyusut atau mengalami perlambatan dalam jangka panjang. Konsumsi domestik melemah serta pertumbuhan ekspor negatif.  

"Tren perlambatan ekonomi sudah terjadi sejak 2012, tapi realiasi di kuartal I 2015 sebesar 4,7 persen masih relatif tinggi dibanding negara lain yang perekonomiannya jauh lebih besar dari Indonesia," ucap dia

Pemerintah juga memastikan Indonesia tidak sendiri menghadapi kondisi sulit ini. Bahkan ekonomi Indonesia diklaim jauh lebih bagus dibanding tiga negara lain.

Dia juga menuturkan, tren penguatan dolar AS menekan nilai mata uang hampir seluruh negara di dunia. Dalam beberapa kasus, mata uang Ringgit diakuinya terdepresiasi lebih tinggi dibanding rupiah.

"Negara yang satu kelompok dengan kita emerging market, seperti Brazil, Turki dan Afrika Selatan (Afsel), mengalami depresiasi kurs lebih besar dibanding kita. Kondisi makro ekonominya juga lebih buruk dari Indonesia," ujar dia.

Mau tahu pandangan Menkeu Bambang soal ambruknya rupiah. Simak selengkapnya wawancara khusus Menkeu Bambang Brodjonegoro yang dipandu Farhannisa Nasution  dari Liputan6.com, dalam video di bawah ini:

(Ndw/Gdn)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya