Dua Kali Revisi Pertumbuhan Ekonomi, RI Harus Realistis

Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,2 persen bisa tercapai.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 03 Jul 2015, 18:43 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2015, 18:43 WIB
Gelar Rapat Terbatas, Jokowi Bahas Stok Pangan Jelang Ramadan
Presiden Jokowi didampingi Wapres Jusuf Kalla berdiskusi dengan Menko Perekonomian Sofyan Djalil saat memimpin rapat terbatas membahas persiapan jelang bulan puasa di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (3/6).(Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi ekonomi global dan domestik sedang mengalami masa-masa sulit. Sejumlah negara maju dan berkembang memangkas target pertumbuhan ekonomi di 2015 ini, termasuk Indonesia. Bahkan Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro kembali menurunkan target pertumbuhan ekonomi menjadi 5,2 persen pada tahun ini.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengungkapkan, angka 5,2 persen merupakan level pertumbuhan ekonomi yang realistis bagi Indonesia saat ini. Dengan kondisi ekonomi dunia yang sulit, target 5,8 persen hingga 6,6 persen di asumsi sebelumnya dinilai terlalu optimistis.

"Berbagai negara di dunia merevisi ke bawah pertumbuhan ekonominya. China pangkas pertumbuhan ekonomi dari 7 persen menjadi 6,5 persen, ekonomi dunia menjadi 2,9 persen dari sebelumnya 3,5 persen. Jadi target pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,2 persen lebih realistis," ucap dia di kantornya, Jakarta, Jumat (3/7/2015).

Lebih jauh Sofyan menjelaskan, target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2 persen diharapkan tercapai. Keyakinan ini seiring dengan berbagai upaya pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi meski para ekonomi meramalkan lebih rendah dari 5,2 persen. 

Upaya tersebut, antara lain memperkuat permintaan atau konsumsi domestik, memacu pembangunan infrastruktur, memperbaiki iklim investasi, dan sebagainya. "Kalau mengandalkan eksternal sulit, karena kita enggak bisa mengontrolnya," tegas dia.

Sebagai contoh, diterangkan Sofyan, harga komoditas seperti batu bara, nikel dan lainnya masih anjlok. Harga karet dan timah pun terperosok dalam. Apalagi ekspor bahan mentah hampir nihil karena harus melakukan hilirisasi. 

"Harga semua komoditas jatuh, ekspor ke luar negeri juga sangat sulit karena pertumbuhan negara tujuan ekspor Indonesia tidak tinggi," cetusnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro memprediksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen hingga akhir 2015.  Sedangkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,5 persen pada semester II 2015.

Sebelumnya Bambang telah merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kisaran 5,5 persen sampai 6 persen di tahun depan. Level tersebut turun dari asumsi sebelumnya yang dipatok 5,8 persen sampai 6,2 persen.

"Itu terjadi karena tahun ini dan tahun depan adalah periode ketidakpastian yang sangat mudah berubah kondisinya," ujar Bambang.

Dia menjelaskan, ketidakpastian ini datang bukan saja dari isu kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve, tapi juga pemerintah perlu memperhatikan kondisi Yunani yang terancam gagal bayar utang. "Kalau skema (Yunani) berantakan akan mempengaruhi stabilitas pasar keuangan dunia," ucap Bambang. (Fik/Gdn)

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya