Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah perlu menjaga kualitas belanja pada semester II 2015 ini. Langkah tersebut untuk menjaga kekuatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Aviliani, menjelaskan, pemerintah berencana untuk meningkatkan belanja pada pada semester II 2015 ini seiring dengan keluarnya anggaran yang telah ditetapkan. Namun, Aviliani melihat dalam pengelolaan belanja tersebut pemerintah perlu melihat kondisi nilai tukar rupiah agar tidak semakin terperosok dalam.
"Jadi pemerintah mulai Agustus akan meningkatkan belanja. Tapi ingat, yang perlu dilihat jangan cuma kuantitas. Pemerintah, menurut saya, juga harus perbaiki kualitas dari pada belanjanya," kata Aviliani, di kediaman Menteri Keuangan, Komple Widya Chandra, Jakarta, Jumat (17/7/2015).
Ia melanjutkan, secara teori, jika belanja pemerintah meningkat maka rupiah akan melemah karena belanja pemerintah sebagian besar adalah impor. "Jadi begitu pemerintah belanja itu nilai tukar rupiah melemah karena biasanya banyak belanja yang berkaitan dengan impor," tuturnya.
Menurutnya, belanja pemerintah yang harus diwasapadai adalah belanja infrastruktur yang saat ini menjadi program pemerintah kabinet Kerja yang dipimpin Presiden Joko Widodo.
"Apalagi infrastruktur komponen impornya cukup besar. Nah itu nilai tukar harus di jaga supaya pemerintah belanja berkualitas tapi nilai tukar tetap. Jadi menurut saya kontribusi terbesar belanja di nilai tukar," tuturnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.000-13.200 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2015. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pergerakan nilai tukar dipengaruhi oleh penguatan mata uang AS terhadap seluruh mata uang global. Serta dampak quantitave easing Eropa dan kondisi perekonomian Yunani.
"Tekanan kembali meningkat terhadap nilai tukar rupiah pada 2015. Dibanding 2013 dan 2014 tidak sekuat tahun sebelumnya," kata dia.
Perry menuturkan, faktor global masih mendominasi pergerakan rupiah. Nilai tukar rupiah diperkirakan berada pada kisaran rata-rata 13.000 sampai 13.400 per dolar AS pada 2016. "Tahun 2016 tekanan pergerakan nilai tukar dipengaruhi oleh dinamika global terutama penguatan dollar terhadap seluruh mata uang dunia," ujar Perry.
Namun demikian, kemungkinan nilai tukar rupiah tersebut memiliki perbaikan. Optimisme perbaikan ekonomi serta ruang investasi diharapkan dapat menolong nilai tukar rupiah. "Perbaikan neraca pembayaran akan berlanjut 2016 dan dengan prospek perbaikan didukung surplus transaksi modal keuangan yang meningkat," ujar Perry. (Pew/Gdn)
Redam Pelemahan Rupiah, Pemerintah Harus Jaga Kualitas Belanja
Belanja pemerintah yang harus diwasapadai adalah belanja infrastruktur yang saat ini menjadi program pemerintah kabinet Kerja.
Diperbarui 17 Jul 2015, 13:36 WIBDiterbitkan 17 Jul 2015, 13:36 WIB
Advertisement
Live Streaming
Powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Penyebab Kanker Mulut, Gejala, dan Pengobatannya, Perlu Diwaspadai
Menaker: Aduan Perusahaan Tak Bayar THR Turun 30%
Apa Penyebab Sakit Gigi, Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya
Makanan Penyebab Ambeien yang Sering Terjadi, Perlu Dihindari
Penyebab Gusi Bengkak, Gejala, dan Pengobatan, Perlu Diketahui
WhatsApp di Windows Kena Bug, Segera Update ke Versi Terbaru
350 Kata-Kata Senyum yang Menyentuh Hati dan Memberi Inspirasi
Penyebab Sakit Kepala, Gejala, dan Diagnosisnya, Tidak Boleh Disepelekan
6 Artis Indonesia yang Alami Pendarahan Otak, Titiek Puspa yang Terbaru
Tidak Semua Perlu Sholat Istikharah, Lakukanlah jika Kondisinya Sudah Seperti Ini Kata Buya Yahya
6 Fakta Menarik Gunung Kurik, Titik Tertinggi di Aceh Timur dengan Pendakian Menantang
Top 3 News: Titiek Puspa Sempat Unggah Momen Kebersamaan Bareng SBY Sebelum Meninggal Dunia