Redam Pelemahan Rupiah, Pemerintah Harus Jaga Kualitas Belanja

Belanja pemerintah yang harus diwasapadai adalah belanja infrastruktur yang saat ini menjadi program pemerintah kabinet Kerja.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Jul 2015, 13:36 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2015, 13:36 WIB
Rupiah Melemah
Rupiah Melemah

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah perlu menjaga kualitas belanja pada semester II 2015 ini. Langkah tersebut untuk menjaga kekuatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Aviliani, menjelaskan, pemerintah berencana untuk meningkatkan belanja pada pada semester II 2015 ini seiring dengan keluarnya anggaran yang telah ditetapkan. Namun, Aviliani melihat dalam pengelolaan belanja tersebut pemerintah perlu melihat kondisi nilai tukar rupiah agar tidak semakin terperosok dalam.

"Jadi pemerintah mulai Agustus akan meningkatkan belanja. Tapi ingat, yang perlu dilihat jangan cuma kuantitas. Pemerintah, menurut saya, juga harus perbaiki kualitas dari pada belanjanya," kata Aviliani, di kediaman Menteri Keuangan, Komple Widya Chandra, Jakarta, Jumat (17/7/2015).

Ia melanjutkan, secara teori, jika belanja pemerintah meningkat maka rupiah akan melemah karena belanja pemerintah sebagian besar adalah impor. "Jadi begitu pemerintah belanja itu nilai tukar rupiah melemah karena biasanya banyak belanja yang berkaitan dengan impor," tuturnya.

Menurutnya, belanja pemerintah yang harus diwasapadai adalah belanja infrastruktur yang saat ini menjadi program pemerintah kabinet Kerja yang dipimpin Presiden Joko Widodo.

"Apalagi infrastruktur komponen impornya cukup besar. Nah itu nilai tukar harus di jaga supaya pemerintah belanja berkualitas tapi nilai tukar tetap. Jadi menurut saya kontribusi terbesar belanja di nilai tukar," tuturnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.000-13.200 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2015. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pergerakan nilai tukar dipengaruhi oleh penguatan mata uang AS terhadap seluruh mata uang global. Serta dampak quantitave easing Eropa dan kondisi perekonomian Yunani.

"Tekanan kembali meningkat terhadap nilai tukar rupiah pada 2015. Dibanding 2013 dan 2014 tidak sekuat tahun sebelumnya," kata dia.

Perry menuturkan, faktor global masih mendominasi pergerakan rupiah. Nilai tukar rupiah diperkirakan berada pada kisaran rata-rata 13.000 sampai 13.400 per dolar AS pada 2016. "Tahun 2016 tekanan pergerakan nilai tukar dipengaruhi oleh dinamika global terutama penguatan dollar terhadap seluruh mata uang dunia," ujar Perry.

Namun demikian, kemungkinan nilai tukar rupiah tersebut memiliki perbaikan. Optimisme perbaikan ekonomi serta ruang investasi diharapkan dapat menolong nilai tukar rupiah. "Perbaikan neraca pembayaran akan berlanjut 2016 dan dengan prospek perbaikan didukung surplus transaksi modal keuangan yang meningkat," ujar Perry. (Pew/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya