Begini Respons Para Pimpinan Dunia Usai Tarif Trump Ditunda

Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif impor baru yang kontroversial, memicu reaksi pasar saham global dan menimbulkan kekhawatiran atas dampaknya bagi perekonomian dunia.

oleh Nurmayanti Diperbarui 10 Apr 2025, 21:02 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2025, 21:02 WIB
Donald Trump tanggapi hasil Pilpres AS
Presiden Donald Trump. Pada 2 April 2025, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggemparkan dunia dengan pengumuman kebijakan tarif impor AS yang baru ke banyak negara. (AP Photo/Evan Vucci)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pada 2 April 2025, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menggemparkan dunia dengan pengumuman kebijakan tarif impor AS yang baru ke banyak negara. Tarif Trump ini menuai respons banyak negara.

Kemudian secara tiba-tiba dia kembali mengumumkan penundaan tarif impor ke banyak negara hingga 90 hari kecuali bagi China. Khusus negara ini, Trump justru kembali menaikkan tarif impor menjadi 125%.

Beberapa pimpinan dunia seperti kepala negara memberikan respons mereka terhadap kebijakan Donald Trump yang menunda penerapan kebijakan kontroversialnya.

Melansir laman BBC, Kamis (10/4/2025), berikut beberapa pernyataan para pemimpin dunia:

1. Friedrich Merz, Kanselir Jerman

Pimpinan Jerman yang baru terpilih ini mengaku senang adanya jeda pemberlakukan tarif Trump tersebut. Kata dia, ini membuktikan bahwa pendekatan Eropa yang bersatu terhadap perdagangan memiliki dampak positif.

"Orang Eropa bertekad untuk membela diri dan contoh ini menunjukkan bahwa persatuan sangat membantu," ujar dia.

2. Menteri Ekonomi Italia, Giancarlo Giorgetti 

Serupa, Menteri Ekonomi Italia Giancarlo Giorgetti menyambut baik jeda 90 hari tersebut dan mengatakan bahwa negara-negara G7- kecuali AS - terus berdiskusi tentang upaya menenangkan situasi saat ini.

3. PM Bangladesh, Muhammad Yunus 

Pemimpin sementara Bangladesh juga mengucapkan berterima kasih kepada Presiden AS karena menghentikan tarif yang akan membuat ekspor negaranya ke AS dikenakan pajak sebesar 37%.

"Kami akan terus bekerja sama dengan pemerintahan Anda untuk mendukung agenda perdagangan Anda," tambahnya.

4. Donald Tusk, Perdana Menteri Polandia

Dia mendesak semua pihak untuk memanfaatkan waktu penundaan 90 hari ke depan dengan sebaik-baiknya dan menemukan upaya kompromi.

"Menjaga hubungan transatlantik yang erat adalah tanggung jawab bersama warga Eropa dan Amerika, terlepas dari turbulensi yang ada saat ini," tulis dia.

5. Von der Leyen, Kepala Uni Eropa

Der Leyen bisa bernapas lega setelah Donald Trump, yang dikabarkan berada di bawah tekanan pasar, berbalik arah dan setuju untuk memberlakukan penghentian sementara selama 90 hari pengenaan tarif impor. Kebijakan yang konon dikhawatirkan akan mengancam dan menyebabkan resesi di seluruh dunia.

"Saya menyambut baik pengumuman Presiden Trump untuk menghentikan sementara tarif timbal balik. Ini adalah langkah penting menuju stabilisasi ekonomi global," kata Ursula von der Leyen dalam sebuah pernyataan dirilis.

"Kondisi yang sangat penting agar perdagangan dan rantai pasokan dapat berfungsi," tambah dia.

 

 

 

 

 

 

 

Alasan Donald Trump Tunda Tarif Impor Resiprokal Selama 90 Hari

Didampingi JD Vance, Presiden Amerika Serikat Donald Trump Temui Pendukungnya di Capital One Arena
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump melemparkan pena ke arah kerumunan setelah menandatangani perintah eksekutif selama parade perdana di dalam Capital One Arena, Washington, DC pada 20 Januari 2025. (Jim WATSON/AFP)... Selengkapnya

Donald Trump menuturkan kalau langkah penerapan tarif impor dilakukan seiring negara yang kena tarif menjadi "gelisah" dan "takut”.

"Mereka menjadi sedikit gelisah, sedikit takut,” ujar dia seperti dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (10/4/2025).

Trump menuturkan, langkahnya tersebut dipertimbangkan dalam beberapa hari terakhir. "Kami memutuskan untuk mengambil tindakan dan kami melakukannya hari ini dan kami senang tentang itu,” ujar dia.

Kenaikan tajam di pasar terjadi setelah Trump menunda banyak tarif tetapi mempertahankan bea masuk 10 persen untuk semua negara. Bea masuk dasar itu tidak berlaku untuk Meksiko dan Kanada yang masih hadapi serangkaian bea masuk terpisah terkait fentanil. Tarif khusus industri terpisah untuk baja, aluminium dan mobil juga tetap.

Seiring aksi Trump itu mendorong indeks S&P 500 melonjak lebih dari 9,5 persen, dan catat kenaikan terbesar sejak 2008.

Adapun tarif Trump ini terus berubah dan terjadi kurang dari satu jam setelah Menteri Keuangan Scott Bessent menuturkan kalau keputusan presiden tidak ada hubungannya dengan kekacauan di pasar saham dan obligasi pekan lalu. Ia menuturkan, ini adalah strateginya selama ini.

 

 

Daftar Lengkap Negara Terdampak Tarif Impor Donald Trump

20170406-Donald Trump Bertemu dengan Xi Jinping di Florida-AP
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sebelum melakukan pertemuan di resor Mar a Lago, Florida, Kamis (6/4). Isu perdagangan dan Korea Utara diperkirakan menjadi isu utama pembahasan kedua pemimpin negara tersebut. (AP Photo/Alex Brandon)... Selengkapnya

 

Sebelum ia mengumumkan jeda kenaikan tarif impor, negara-negara Asia bersiap menghadapi beban terburuk usai Donald Trump mengumumkan kebijakannya.

Melansir laman CBS News, kala itu beberapa negara menghadapi penerapan tarif sangat besar. Seperti Kamboja menghadapi tarif impor AS sebesar 49% dan Vietnam sebesar 46%, menurut Kepala Ekonom Nationwide, Kathy Bostjancic. 

Berikut adalah daftar lengkap negara-negara di dunia yang terkena kebijakan baru tarif impor AS: 

1.Tiongkok 125%

2.Lesoto 50%

3.Saint Pierre dan Miquelon 50%

4.Kamboja 49%

5.Laos 48%

6.Madagaskar 47%

7.Vietnam 46%

8.Sri Lanka 44%

9.Myanmar (Burma) 44%

10.Kepulauan Falkland 42%

11.Suriah 41%

12.Mauritius 40%

13.Irak 39%

14.Botswana 38%

15.Guyana 38%

16.Bangladesh 37%

17.Serbia 37%

18.Liechtenstein 37%

19.Reunion 37%

20.Thailand 36%

21.Bosnia dan Herzegovina 36%

22.Utara Makedonia 33%

23.Taiwan 32%

24.Indonesia 32%

25.Angola 32%

26.Fiji 32%

27.Swiss 31%

28.Libya 31%

29.Moldova 31%

30.Afrika Selatan 30%

31.Nauru 30%

32.Aljazair 30%

33.Pakistan 29%

34.Kepulauan Norfolk 29%

35.Tunisia 28%

36.Kazakhstan 27%

37.India 27%

38.Korea Selatan 25%

39.Jepang 24%

40.Malaysia 24%

41.Brunei 24%

42.Vanuatu 23%

43.Pantai Gading 21%

44.Namibia 21%

45.Uni Eropa 20%

46.Yordania 20%

47.Nikaragua 18%

48.Zimbabwe 18%

49.Malawi 18%

50.Israel 17%

51.Filipina 17%

52.Zambia 17%

53.Mozambik 16%

54.Norwegia 16%

55.Venezuela 15%

56.Nigeria 14%

57.Chad 13%

58.Guinea Ekuatorial 13%

59.Kamerun 12%

60.Republik Demokratik Kongo 11%

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya