Pemerintah Lebih Khawatir Dampak Kekeringan Dibanding Gempa

Sebab gempa bumi dan erupsi gunung hanya berimbas pada kondisi daerah setempat.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 30 Jul 2015, 17:32 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2015, 17:32 WIB
Gunung Gamalama Kembali Erupsi Hari Ini
Pagi ini Gunung Gamalama di Ternate, Maluku Utara kembali menyemburkan abu vulkanik setinggi 700 meter.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia tengah dilanda beberapa bencana alam, seperti gempa bumi dan meletusnya gunung berapi. Peristiwa tersebut dipastikan tidak membawa dampak besar terhadap kondisi pangan nasional. Bahkan pemerintah lebih mengkhawatirkan dampak dari kekeringan akibat El Nino.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil menegaskan, gempa bumi dan erupsi gunung hanya berimbas pada kondisi daerah setempat. Sementara dampaknya terhadap pangan nasional tidak signifikan dan masih bisa diatasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Nggak banyak pengaruh, karena erupsi terjadi di beberapa daerah saja. Dampak lokal memang ada, tapi ditangani secara lokalisasi juga oleh BNPB. Gempa pun tidak banyak dan tidak menciptakan korban," tegas dia di kantornya, Jakarta, Kamis (30/7/2015).

Sofyan malah mengkhawatirkan terjadinya El Nino atau kekeringan di sejumlah daerah. Beruntung, musim kekeringan terjadi saat beberapa daerah di Indonesia mengalami panen raya, seperti di Sulawesi.

"Produksi padi dan tebu melimpah di beberapa daerah, jadi El Nino yang terjadi sekarang di waktu panen. Nggak ada masalah. Yang bermasalah dihadapi daerah yang padinya baru tanam, sehingga kekeringan berdampak sekali buat mereka," papar dia.

Sofyan memastikan stok beras hingga Oktober 2015 sangat aman dengan kebutuhan distribusi beras miskin (raskin) sebanyak 260 ribu per bulan. Hanya saja pemerintah akan memantau stok beras pada akhir Agustus nanti, sehingga bisa dipastikan apakah harus membeli dari petani dalam negeri atau terpaksa impor.

"Kita akan lihat Agustus-September ini berapa pengumpulan beras dari Bulog, berapa beras dalam negeri yang bisa diproduksi. Kalau bisa ya kita beli dari petani lokal, tapi jika tidak ya harus impor demi ketananan pangan," terang dia.

Hingga akhir tahun ini, Sofyan mengaku, stok beras di gudang Bulog harus tersedia 1,5 juta ton meski pada November-Februari sudah tidak ada panen raya.

"Kita lihat lagi karena biasanya November, Desember, Januari-Februari enggak ada panen tapi kita harus stok 1,5 juta ton beras pada Desember ini," tukas dia.(Fik/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya