PBB Peringatkan Siklus Air Dunia Makin Tidak Menentu

Segala perubahan yang terkait air disebut menjadi sinyal awal perubahan iklim.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 08 Okt 2024, 14:09 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2024, 14:09 WIB
Ilustrasi air
Ilustrasi air. (Dok. Unsplash/Pritrinda Das)

Liputan6.com, Jenewa - Banjir dan kekeringan yang semakin parah merupakan "tanda bahaya" dari apa yang akan terjadi karena perubahan iklim membuat siklus air planet ini semakin tidak dapat diprediksi.

Organisasi Meteorologi Dunia PBB (WMO) dalam laporannya menyebutkan bahkan tahun lalu sungai-sungai di dunia mengalami kondisi terkering selama lebih dari 30 tahun, gletser mengalami kehilangan massa terbesar dalam setengah abad, dan terjadi banjir dalam jumlah "yang signifikan.

"Air adalah tanda bahaya perubahan iklim," kata Sekretaris Jenderal WMO Celeste Saulo dalam pernyataan yang menyertai Laporan Keadaan Sumber Daya Air Global, seperti dilansir CNA, Selasa (8/10/2024).

"Kita menerima tanda bahaya dalam bentuk curah hujan yang semakin ekstrem, banjir dan kekeringan yang menimbulkan dampak besar pada kehidupan, ekosistem dan ekonomi."

Saulo menuturkan pemanasan atmosfer Bumi telah membuat siklus air semakin tidak menentu dan tidak dapat diprediksi.

"Kita menghadapi masalah yang semakin besar berupa terlalu banyak atau terlalu sedikit air," ujarnya.

Tahun lalu adalah tahun terpanas yang pernah tercatat. Suhu tinggi dan kondisi kering yang meluas mengakibatkan kekeringan yang berkepanjangan.

Banjir juga terjadi di seluruh dunia.

Peristiwa ekstrem ini sebagian dipengaruhi oleh kondisi iklim yang terjadi secara alamiah, termasuk fenomena cuaca La Nina dan El Nino, dan juga perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

"Atmosfer yang lebih hangat menahan lebih banyak kelembapan, yang menyebabkan hujan lebat. Penguapan dan pengeringan tanah yang lebih cepat memperburuk kondisi kekeringan," beber Saulo.

Pencairan Gletser Besar-besaran

Ilustrasi gletser
Ilustrasi gletser. (Pixabay/Jacqueline Schmid)

Saat ini, ungkap PBB, 3,6 miliar orang memiliki akses yang tidak memadai terhadap air bersih setidaknya sekali sebulan dalam setahun. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi lima miliar pada tahun 2050.

Selama tiga tahun terakhir, lebih dari 50 persen daerah aliran sungai dilaporkan menjadi lebih kering dari biasanya.

Menurut data awal untuk September 2022 hingga Agustus 2023, meningkatnya suhu menyebabkan gletser mencair pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, kehilangan lebih dari 600 gigaton air. Ini merupakan yang terburuk dalam 50 tahun pengamatan.

"Es dan gletser yang mencair mengancam keamanan air jangka panjang bagi jutaan orang. Namun, kita tidak mengambil tindakan mendesak yang diperlukan," kata Saulo.

Selain mengekang emisi gas rumah kaca buatan manusia yang menyebabkan pemanasan global, PBB ingin sumber daya air bersih dunia dipantau dengan lebih baik, sehingga sistem peringatan dini dapat mengurangi kerusakan pada manusia dan satwa liar yang bergantung padanya untuk bertahan hidup.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya