Rizal Ramli Berani Turunkan Target Proyek 35 Ribu Jadi 16 Ribu MW

Jika megaproyek 35 ribu Mw direalisasikan dalam waktu 5 tahun, maka PLN akan mengalami kelebihan kapasitas.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 07 Sep 2015, 14:53 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2015, 14:53 WIB
20150723-Rizal Ramli
Rizal Ramli (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli membuat pernyataan mencengangkan usai rapat koordinasi (rakor) energi. Dia mengungkapkan akan menurunkan target pembangunan kapasitas listrik 35 ribu megawatt (Mw) menjadi 16 ribu Mw sampai dengan 2019.

Sebelumnya, Rizal menggelar rapat koordinasi pembangkit listrik 35 ribu Mw bersama Direktur Jenderal Kelistrikan Kementerian ESDM Jarman, Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basyir, Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan serta dari Kementerian lainnya.

"Setelah dibahas kapasitas listrik 35 ribu Mw tidak akan dicapai dalam 5 tahun. Tapi 10 tahun bisa lah," ujar Rizal saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Senin (7/9/2015).

Dia beralasan, jika megaproyek 35 ribu Mw direalisasikan dalam waktu 5 tahun, maka PLN akan mengalami kelebihan kapasitas (idle) 21.331 Mw dengan beban puncak mencapai 74 ribu Mw di 2019. Rizal pun menambahkan, PLN juga akan mengalami gangguan keuangan, karena harus membeli listrik dari pihak swasta dengan nilai 72 persen baik dipakai maupun tidak.

"Jadi setelah dievaluasi betul-betul, maka yang harus selesai dalam 5 tahun sebesar 16 ribu Mw. Itupun PLN sudah melakukan pekerjaan besar," papar dia.

Sisanya 19 ribu Mw, kata Rizal, dapat dilanjutkan pembangunannya dalam kurun waktu 5 tahun berikutnya. Sehingga dia mengubah nama proyek listrik 35 ribu Mw menjadi Proyek Percepatan Pembangunan dan Diversifikasi (PPD) Listrik.

"Jadi kita memang harus realistis bahwa 5 tahun ini cuma bisa bangun 16 ribu Mw. Jadi kami lebih senang menyebut proyek ini PPD Listrik. Tapi kita juga tidak bisa langsung memaksa PLN pindah ke pembangkit bersumber dari energi terbarukan karena harganya mahal. Kalau dadakan, PLN bisa mengalami masalah," terang dia. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya