Penyerapan Anggaran Kementan Baru 42%

Menteri Pertanian, Amran Sulaiman mengatakan penyerapan angagran rendah di tingkat daerah lantaran ada ketakutan terkena kasus hukum.

oleh Septian Deny diperbarui 17 Sep 2015, 19:05 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2015, 19:05 WIB
Mentan Amran Sulaiman melakukan panen padi perdana di Klaten, Jateng. (Septian Deny/Liputan6.com)
Mentan Amran Sulaiman melakukan panen padi perdana di Klaten, Jateng. (Septian Deny/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan penyerapan anggaran Kementerian Pertanian (Kementan) hingga saat ini baru mencapai 42 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode sama pada tahun lalu.

Meski demikian, dia menyatakan penyerapan tersebut sudah lebih baik dari tahun lalu. Lantaran, pagu anggaran Kementerian Pertanian pada tahun ini lebih besar dibanding tahun sebelumnya.

"Evaluasi serapan anggaran setalah cek satu per satu seluruh anggaran, Alhamdulillah kurang lebih 42 persen, tepatnya 41,6 persen dengan hari ini. Kalau dibanding tahun sebelumnya atau tahun lalu pada hari yang sama 55 persen. Tapi dibandingkan jumlah, anggaran ini 2 kali lipat anggaran. Itu hari ini capai 84 persen," ujar Amran di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (17/9/2015).

Sementara itu, jika dilihat pada masing-masing direktorat, [penyerapan anggaran](2312274/ "") pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang alokasinya diperuntukkan bagi petani sudah mencapai 78 persen.

"Setelah dibedah lagi, per eselon I per direktorat, itu Pangan yang melayani petani sudah capai 78 persen. Dan rata-rata kantor pusat (Direktorat Jenderal) 50 persen ke atas," kata dia.

Namun sayangnya, penyerapan anggaran yang tinggi ini tidak diikuti oleh penyerapan anggaran dinas pertanian di tingkat daerah. "Yang 20 persen, 27 persen, 30 persen ke atas itu anggarannya ada di daerah. Kurang lebih 70 persen-80 persen di daerah, kabupaten, dan propinsi. Itu di Jambi, Bengkulu, Sulawesi, seperti perkebunan kakao, tebu. Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jadi range-nya itu 20-30 persen," jelas Amran.

Amran menjelaskan, rendahnya penyerapan anggaran di daerah ini lantaran ada ketakutan tersandung kasus hukum saat melakukan  pengadaan. Hal tersebut terjadi di Jawa Tengah dan Jawa timur.

"Jawa Timur dan Jawa Tengah itu ada trauma. Ini kami lakukan pendeketan penegak hukum setempat supaya membantu. Ketakutan karena tahun lalu, khususnya tebu ada kena masalah, sepertinya pengadaan," lanjutnya.

Selain itu, sektor pertanian tahun ini terkendala cuaca sehingga terjadi musim tanam yang berbeda-beda. "Musim ini tanaman tahunan, ada juga tanaman musim tebu baru panen. Kakao pembibitannya 8 bulan-10 bulan, mulai Januari. Nah baru selesai mungkin pembibitan. Karekteristik beda beda," ungkap Amran.

Sebagai solusi dari rendahnya [penyerapan anggaran](2318250/ "") ini, lanjut Amran, pihaknya akan meminta penanggungjawab di masing-masing direktorat untuk turun ke lapangan guna memantau penyerapan anggaran di daerah.

"Oleh karena itu solusinya, kami minta seluruh penanggungjawab mulai besok gerak lapangan memandu Satker (Satuan Kerja) di kabupaten dan propinsi," kata dia.

Amran juga mengancam, bila produksi hasil pertanian pada tiap daerah pada tahun ini tidak mencapai target, maka alokasi anggaran pertanian untuk daerah tersebut pada tahun depan akan dihentikan. "Anggaran dikurangi, bahkan bisa dinolkan," ujar Amran. (Dny/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya