Harga Minyak Kembali Anjlok Karena Pasokan Berlebih

Harga minyak mentah jenis Light untuk pengiriman November turun US$ 1,88 atau 4,1 persen

oleh Arthur Gideon diperbarui 24 Sep 2015, 05:09 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2015, 05:09 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York - Harga minyak turun tajam pada penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta), menghapus keuntungan yang telah dicetak sejak awal pekan. Pendorong penurunan harga minyak adalah data mengenai stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS) yang mengalami kenaikan.

Mengutip Wall Street Journal, Kamis (24/9/2015), harga minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman November turun US$ 1,88 atau 4,1 persen sehingga menetap di angka US$ 44,48 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent yang merupakan patokan harga global juga merosot US$ 1,22 atau 2,7 menjadi US$ 47,75 per barel di ICE Futures Europe.

Penurunan harga ini lebih disebabkan karena masih besarnya pasokan minyak mentah di dunia ini jika dibandingkan dengan permintaan yang ada. Di satu sisi produsen minyak terus memompa produksi namun ekonomi global sedang melemah sehingga permintaan juga turun.

Selain itu, penghentian sementara kilang Exxon Mobil Corporation yang ada di Texas, AS, yang berlawanan dengan data Departemen Energi AS mengenai jumlah pasokan minyak mentah yang ada juga diperkirakan menjadi salah satu penyebab anjloknya harga minyak pada perdagangan Rabu ini.

Penutupan kilang Exxon seharusnya berpengaruh kepada kurangnya pasokan minyak di AS. Namun menurut data Departemen Energi AS masih terlihat stok data yang cukup banyak meskipun terjadi penurunan pasokan yang berarti penutupan tidak berpengaruh besar kepada jumlah stok.

Data Departemen Energi AS menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah di AS turun menjadi 454 juta barel pada pekan lalu dari data sebelumnya yang menunjukkan masih di angka 456 juta barel.

Sedangkan untuk stok minyak olahan atau bensin mengalami kenaikan 1,4 juta barel. Data tersebut jauh berbeda dengan perkiraan dari para analis yang memprediksikan berada di sekitar angka 1 juta barel. Untuk solar turun 2,1 juta barel dibanding harapan terjadi kenaikan 1,4 juta barel.

Broker di Liquidity Energy, New York, AS, Peter Donovan menjelaskan, masih ada pengaruh yang lebih besar diperhatikan di luar sana jika dibanding dengan data-data pasokan yang telah keluar. "Ada kemungkinan tambahan stok minyak mentah di saat pasar sedang jenuh," jelasnya.

Data ekonomi China yang suram memang menjadi perhatian bagi para pelaku pasar minyak. Pasalnya jika perekonomian China terus mengalami penurunan maka bisa dipastikan pasokan minyak mentah tidak akan banyak turun karena selama ini memang salah satu konsumen terbesar minyak dunia adalah China. Pengaruhnya dari hal tersebut adalah harga minyak kemungkinan besar masih tetap berada di level rendah. (Gdn/Zul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya