Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) belum bisa menjadikan suku bunga acuan (BI rate) sebagai pendorong pertumbuhan perekonomian meskipun BI Rate telah mamppu menjadi pengendali inflasi.Â
Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, seharusnya jika inflasi terkendali maka BI Rate seharusnya bisa turun. Dengan penurunan BI rate tersebut maka suku bunga bank akan ikut turun sehingga akan mendorong penyaluran kredit. Dengan penyaluran kredit tersebut diharapkan pertumbuhan ekonomi bisa terdongkrak.
"Kalau kita perkirakan inflasi dengan keperluan pertumbuhan ekonomi ada justifikasi untuk arah suku bungan bisa menurun," kata Perry, di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (30/9/2015).
Namun hal tersebut tidak bisa dilakukan Bank Indonesia. Meski ke depannya ada perkiraan inflasi akan terkendali, Bank Indonesia tidak bisa menjadikan BI Rate sebagai instrumen pendorong pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh masih tertekannya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat AS) dan gejolak perekonomian global.
"Masalahnya dampak global menekan nilai tukar rupiah. Risiko ini jadi pertimbangan Dewan Gubernur untuk memutuskan kebijakan suku bunga," tuturnya.
Perry mengungkapkan, BI memiliki cara lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan melalui relaksasi kebijakan makroprudensial, seperti pelonggaran LTV (loan to value).
"Tidak berarti BI tidak perhatian pada pertumbuhan ekonomi, cuma instrumen kita lakukan dengan relaksasi kebijakan makro prudensial, likuiditas itu yang kita lakukan kita sudah lakukan makro prudensial agar perbankan bisa melakukan penyaluran kredit," pungkasnya.
Untuk diketahui, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 September 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di angka 7,5 persen. Selain itu, BI juga memutuskan suku bunga Deposit Facility 5,50 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara mengatakan, Keputusan tersebut sejalan dengan upaya membawa inflasi menuju pada kisaran sasaran sebesar 4 persen plus minus satu di 2015 dan 2016.
"Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam jangka pendek diarahkan pada langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah masih berlanjutnya ketidakpastian perekonomian global," jelasnya.
BI akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar, dan stabilitas sistem keuangan dalam mendukung kesinambungan perekonomian. (Pew/Gdn)
BI Rate Belum Bisa Dorong Pertumbuhan Ekonomi
BI memiliki cara lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan melalui relaksasi kebijakan makroprudensial.
diperbarui 30 Sep 2015, 17:38 WIBDiterbitkan 30 Sep 2015, 17:38 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Cara Membuat Es Teh: Panduan Lengkap untuk Menyajikan Minuman Segar dan Nikmat
Produk Indonesia Bebas Bea Masuk ke Kanada Mulai 2026
Manchester United Hancurkan Everton, Ruben Amorim Puji 1 Pemain Ini
Gerakan Go Green, Mahasiswa Unsri Bisa Tukar Sampah jadi Pulsa Indosat
Mensos Gus Ipul Minta Bansos Wapres Gibran Tak Diperdebatkan: Yang Penting Manfaatnya
Jadwal dan Live Streaming NBA Season 2024/2025 Pekan Ini di Vidio
Anak Bunuh Ayah Nenek di Cilandak, KPAI Soroti Faktor Pengasuhan dan Lingkungan Pendidikan
Bocoran Samsung Galaxy S25 Slim Terungkap, Seperti Apa?
6 Potret Cowok Masak Sambil Lari hingga Barang Berjatuhan Ini Bikin Ngakak
Zayn Malik Kenang Liam Payne saat Manggung di Kampung Halaman Mendiang: Ini Untukmu Liam
Ragam Hoaks Tautan Pendaftaran Bantuan Pemerintah, Awas Jangan Terkecoh
10 Ciri Khas Batam yang Memikat Hati Pengunjung