BI Rate Bertahan di 7,5% Selama 8 Bulan

BI akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 17 Sep 2015, 15:55 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2015, 15:55 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia
Ilustrasi Bank Indonesia (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 September 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di angka 7,5 persen. Selain itu, BI juga memutuskan suku bunga Deposit Facility 5,50 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara mengatakan, Keputusan tersebut sejalan dengan upaya membawa inflasi menuju pada kisaran sasaran sebesar 4 persen plus minus satu di 2015 dan 2016.

"Fokus kebijakan Bank Indonesia dalam jangka pendek diarahkan pada langkah-langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, di tengah masih berlanjutnya ketidakpastian perekonomian global," jelasnya di Jakarta, Kamis (17/9/2015).

BI akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya stabilitas nilai tukar, dan stabilitas sistem keuangan dalam mendukung kesinambungan perekonomian.

Selain itu, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dalam mempercepat stimulus fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, serta melanjutkan berbagai kebijakan struktural yang menjadi kunci perbaikan prospek ekonomi Indonesia ke depan.

Dengan dipertahankannya BI rate di level 7,5 persen pada RDG bulan ini, bank sentral telah menahan suku bunga acuan selama 8 bulan.

Langkah BI mempertahankan suku bunga acuan sesuai dengan prediksi para ekonom. Chief Economist and Director for Investor Relation PT Bahana TCW Investment, Budi Hikmat mengatakan, BI akan mempertahankan suku bunga karena angka tersebut dinilai pas untuk saat ini.

"Pastinya dipertahankan, ‎nanti akan turun setelah The Fed naikin bunga," katanya.

Dikatakan Budi, sebenanrya saat ini ada faktor yang mendukung BI rate dapat diturunkan karena tingkat pertumbuhan kredit di perbankan yang sudah melambat akibat perlambatan ekonomi Indonesia. Namun dirinya lebih meyakini BI memiliki pertimbangan lain sehingga lebih cenderung akan mempertahankan BI rate‎.

Hal serupa juga diungkapkan oleh ekonom asal Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono‎. Dia menganggap masih terlalu riskan BI rate diubah dari posisi saat ini.

"Saya pikir tetap 7,5 persen, jika BI rate dinaikkan untuk membantu rupiah agar menguat, hal tersebut akan merepotkan bank-bank dalam penyaluran kredit," terang dia.

Dengan semakin susahnya perbankan dalam menyalurkan kredit tersebut nantinya juga akan memicu naiknya angka kredit bermasalah (NPL) pada perbankan. Tony memperkirakan dengan kondisi saat ini saja, NPL hingga akhir tahun bisa menyentuh angka 3 persen.

"Jadi, BI tidak ada pilihan, tetap mempertahankan BI rate pada level sekarang 7,5 persen," tutur dia. (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya