Cegah Rupiah Loyo Lawan Dolar AS, BI Harus Apa?

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengingatkan bahwa Bank Indonesia (BI) perlu tetap hadir di pasar meski adanya libur Hari Raya Idul Fitri

oleh Natasha Khairunisa Amani Diperbarui 13 Mar 2025, 21:30 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2025, 21:30 WIB
20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Petugas menunjukkan mata uang dolar dan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (9/11). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada saat jeda siang ini kian terpuruk di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengingatkan bahwa Bank Indonesia (BI) perlu tetap hadir di pasar meski adanya libur Hari Raya Idul Fitri.

Pasalnya, Rupiah terus dihantui pelemahan imbas dinamika perang dagang AS-China yang mengguncang pasar global.

“Walaupun sudah libur (Lebaran), Bank Indonesia harus melakukan intervensi (jika ada pelemahan Rupiah) dan tetap ada di pasar. Berbeda dengan lebaran tahun lalu, pada saat libur, Bank Indonesia libur,” kata Ibrahim kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (13/3/2025).

Ibrahim memperkirakan, posisi Rupiah paling rawan pelemahan berada di tanggal 24, 25, 26, 27, hingga 28 Maret sampai di minggu berikutnya, mengingat libur Lebaran berlangsung hampir 2 minggu.

“Kalau saat ini libur hampir 2 minggu kemudian Bank Indonesia tidak turun ke pasar, tidak melakukan intervensi (jika ada pelemahan) bisa saja bisa Rupiah mencapai di atas kisaran Rp16.500,” jelasnya.

Ibrahim memprediksi, tanpa adanya intervensi BI pelemahan Rupiah berpeluang menembus level Rp16.800.

“Harus ada regulasi baru bagi Bank Indonesia dan pemerintah bahwa..walaupun libur panjang, tetapi Bank Indonesia harus tetap di pasar. Karena pada saat libur panjang, Bank Indonesia kan tutup tetapi pergerakan Rupiah di luar negeri tetap berjalan,” jelasnya.

“Ini yang harus diantisipasi oleh pemerintah, karena apa? Karena kalau Rupiah terlalu melemahnya akan sangat berbahaya bagi pengusaha-pengusaha importir,” tambah Ibrahim.

 

Promosi 1

Rupiah Sulit Kembali ke Level Rp15,000 Jelang Lebaran, Ini Faktor-faktornya

FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Tumpukan mata uang Rupiah, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Selain itu, Ibrahim Assuaibi menilai bahwa Rupiah masih sulit untuk kembali ke level Rp15.000 di tengah bulan Suci Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2025.

Ibrahim mencatat, pelemahan Rupiah masih didorong oleh situasi perang dagang AS-China yang mencakup serangkaian tarif impor baru, serta tarif uang diperluas ke negara-negara Eropa, Kanada, hingga Meksiko.

“(Selama) Ramadhan dan Lebaran, sepertinya untuk Rupiah di bawah Rp16.000 berat ya. Karena ada masalah perang dagang, walaupun tadi malam rilis data CPI melambat sehingga inflasi AS turun,” kata Ibrahim.

Ibrahim melihat, turunnya inflasi AS menandai bahwa persng dagang belum memberikan implikasi yang berat pada perekonomian AS, dan ada kemungkinan Federal Reserve yntuk memangkas suku bunga hingga tiga kali tahun ini.

“Tetapi saya melihat bahwa data CPI yang tadi malam rilis itu belum mencerminkan kondisi ekonomi di Amerika. Karena banyak orang beranggapan bahwa Amerika kemungkinan besar akan masuk resesi apabila terus melakukan perang dagang dengan negara-negara mitra bisnisnya seperti Tiongkok, Eropa, Meksiko, Kanada,” paparnya.

“Kondisi ini yang sebenarnya membuat dolar ini berfluktuasi,” sambung Ibrahim.

Meski ada beberapa koreksi, Ibrahim mengamati bahwa pelemahan Rupiah masih terbatas.

 

Rilis APBN

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya

Juga pada Kamis (13/3), Kementerian Keuangan merilis data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang mencatat defisit 0,10%.

Defisit saat ini masih wajar karena terbilang kecil di 0,10%. Namun, Ibrahim mengingatkan, ada kekhawatiran dari pemeringkat internasional bahwa ada kemungkinan defisit anggaran ini akan terus melebar.

“Tetapi di sisi lain tadi untuk APBN, ini pun juga defisit tidak terlalu besar. Ini yang sebenarnya membuat para investor sedikit senang dan Rupiah kembali lagi mengalami penguatan. Tetapi saya masih pesimis juga kalau untuk penguatan,” imbuhnya.

Infografis Nilai Tukar Rupiah
Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya