Harga Solar Mulai Turun Rp 200 Per Liter

Harga solar turun setelah tiga hari pengumuman paket kebijakan ekonomi jilid III karena memerlukan persiapan logistik.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Okt 2015, 06:45 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2015, 06:45 WIB
20151008-Solar turun-Jakarta
Meteran BBM jenis Solar di di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (8/10/2015). Pemerintah menurunkan harga solar dari Rp 6.900/liter menjadi Rp.6.700/liter. Harga baru berlaku mulai Jumat, 9 Oktober mendatang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga solar bersubsidi dan nonsubsidi turun Rp 200 per mulai Sabtu (10/10/2015). Sebelumnya, harga solar ini dibanderol Rp 6.900 per liter, turun menjadi Rp 6.700 per liter.

Penurunan harga ini tertuang dalam paket kebijakan ekonomi jilid III yang dikeluarkan pemerintah pada Rabu 7 Oktober 2015. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, penurunan harga ini memang mulai berlaku tiga hari setelah paket kebijakan jilid III. Hal ini karena untuk bisa mengakomodasi penurunan tersebut, perlu dilakukan persiapan sebelumnya.

"Solar turun Rp 200 dari Rp 6.900 menjadi Rp 6.700 berlaku tiga hari setelah pengumuman ini. Jadi, kita kasih kesempatan karena biasanya turun itu memerlukan persiapan logistik," kata Sudirman.

Selain solar, harga BBM nonsubsidi seperti Pertamax telah turun 2,7 persen dari Rp 9.250 menjadi Rp 9.000 berlaku sejak 1 Oktober. Sedangkan produk baru Pertamina, Pertalite juga mengalami penurunan harga Rp 100 atau 1,2 persen dari Rp 8.400 menjadi Rp 8.300 per liter.

Sementara itu, harga bahan bakar untuk pesawat terbang yaitu avtur juga turun sebesar 15 persen. Harga avtur internasional turun 5,33 persen atau kira-kira US$ 10 sen.

Mengenai lebih kecil turunnya harga Avtur di dalam negeri ini, Sudirman menyatakan hal ini karena pemerintah punya tugas yang memang harus meng-create seluruh bandara termasuk bandara perintis sementara pemain internasional hanya fokus kepada bandara besar. "Jadi, di sini Pertamina memberikan diskon penurunan lebih besar untuk yang internasional sementara untuk yang 1,4 persen," ujar dia. (Dny/Ahm)*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya