BI Rate Bertahan 7,5%, Tak Berubah dalam 9 Bulan

Langkah BI menahan bunga acuan tersebut sesuai dengan perkiraan dari beberapa pengamat ekonomi.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 15 Okt 2015, 17:55 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2015, 17:55 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia (2)
Ilustrasi Bank Indonesia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI Rate di level 7,5 persen padaRrapat Dewan Gubernur (RDG) yang diadakan pada Kamis (15/10/2015). Dengan keputusan tersebut maka bank sentral telah menahan suku bunga acuan selama 9 bulan.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara menjelaskan, selain menahan BI Rate, RDG juga memutuskan untuk menahan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.

"BI meyakini inflasi 2015 akan di bawah titik tengah 4 persen dan defisit transaksi berjalan lebih rendah, perkiraan 2 persen," jelasnya di Jakarta, Kamis (15/10/2015).

Langkah BI menahan bunga acuan tersebut sesuai dengan perkiraan dari beberapa pengamat ekonomi. Chief Economist and Director for Investor Relation PT Bahana TWC Investment Budi Hikmat memperkirakan BI bakal mempertahankan suku bunga acuannya.

"BI Rate akan stay, peluang turun baru akan ada di November," kata Budi saat berbincang dengan Liputan6.com.

Bukan tanpa alasan Budi memperkirakan peluang turun baru di bulan depan. Dia menganggap BI masih menunggu hasil rapat Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed yang digelar akhir bulan ini.

‎Menurutnya, keputusan mengenai suku bunga The Fed masih menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh BI meski nilai tukar rupiah mulai menguat dan suku bunga perbankan telah diturunkan.

‎"BI cenderung konservatif, tunggu setelah rapat The Fed akhir bulan ini, saya sih maunya turun‎," tegas Budi.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh ekonom asal Universitas Atmajaya, A Prasetyantoko. Dia memperkirakan sebagai otoritas moneter, BI memiliki banyak instrumen untuk mempertahankan resiko kebijakan The Fed.

"Tetap (BI Rate), karena walapun sentimen mereda tapi resiko masih ada," ucapnya. (Amd/Ndw)

 
 
 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya