Menteri Hanif: Lulusan SD dan SMP Bahan Baku Kompetisi

Ada dua mekanisme untuk mendorong daya saing tenaga kerja yaitu pendidikan dan pelatihan.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 23 Des 2015, 21:10 WIB
Diterbitkan 23 Des 2015, 21:10 WIB
20151119- Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri-Jakarta-Johan Tallo-0
Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri terlihat lelah saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (19/11). Rapat tersebut membahas isu-isu terkait permasalahan tenaga kerja di Indonesia.(Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri mengakui daya saing tenaga kerja Indonesia masih kurang terutama banyak angkatan kerja yang hanya lulusan SD dan SMP. Hal tersebut menjadi pekerjaan utama pemerintah apalagi persaingan tenaga kerja semakin terbuka.

Berbicara tentang daya saing, Hanif menjelaskan jumlah tenaga kerja berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus 2015 sekitar 114 juta jiwa. Jika ditambah dengan 7,4 jiwa angka pengangguran terbuka angkatan kerja Indonesia hampir mencapai 122 juta jiwa.

"Yang perlu kita cermati sekitar 47 persen lulusan SD, 20 persen SMP. SD dan SMP 70 persen. SD dan SMP itu bahan baku kompetisi kita," kata dia di Jakarta, Rabu (23/12/2015).

Oleh karena itu, peningkatan kualitas tenaga kerja mesti segera dilakukan. Ia menuturkan, ada dua mekanisme untuk mendorong daya saing tersebut yakni pendidikan formal dan pelatihan.

Dia bilang, pendidikan formal tak mungkin dilakukan karena akan memangkas banyak waktu. Maka dari, kata dia pemerintah menempuh jalur ke dua.

"Pelatihan kerja semua sektor harus diterapkan bentuk shortcut kompetensi," ujar dia.

Penerapan sertifikasi profesi pun perlu dilakukan sebagai tanda standardisasi tenaga kerja. "Tanpa bekal itu semua tentulah bagi bangsa untuk memperkuat di tengah pergaulan dunia  semakin kompetitif," tutur dia.

Reformasi Ketenagakerjaan

Daya saing harus didorong supaya mampu bersaing di pasar bebas ASEAN. Sayangnya, daya saing Indonesia masih kurang baik.

Hanif mengatakan, daya saing Indonesia berada di urutan 4 ASEAN. Di dunia, daya saing Indonesia menempati nomor 137. Untuk itu, dia mengatakan pemerintah perlu melakukan reformasi ketenagakerjaan.

"Dari banyak data yang saya baca, regulasi ketenagakerjaan ini istilahnya menyebalkan dunia usaha, menyengsarakan dunia pekerja. Mestinya semua harus happy. Faktanya stakeholder belum happy," tutur dia.

Hanif mengatakan, untuk reformasi ketenagakerjaan tersebut pemerintah sedang menyiapkan cetak biru (blue print). "Jangan sampai kegiatan yang kita lakukan ini bersifat parsial tidak terintegrasi dengan sektor lain," tandas dia. (Amd/Ahm)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya