Menperin Yakin Industri Lokal Siap Hadapi MEA

Pemerintah selama ini telah memberikan insentif dan penguatan bagi industri lokal agar memiliki daya saing.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Des 2015, 11:50 WIB
Diterbitkan 15 Des 2015, 11:50 WIB
Pasar Bebas ASEAN
(Foto: jmproid)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam waktu dekat, Indonesia akan memasuki era pasar bebas, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Persaingan terbuka di pasar bebas ini, salah satunya untuk produk-produk hasil industri lokal dengan produk sejenis dari negara lain.

Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin mengatakan, masuknya era pasar bebas ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Karena sebenarnya Indonesia telah masuk ke dalam pasar bebas sejak 8 tahun lalu.

Sebab itu, dia juga memastikan industri lokal telah siap menghadapi MEA yang akan berlaku mulai awal tahun depan.

"Saya kira untuk kesiapan industri saat ini siap. Karena sudah 7 tahun-8 tahun ini perdagangan bebas sudah dimulai. Jadi tinggal diresmikan saja akhir tahun ini," ujarnya di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Selasa (15/12/2015).

Menurut Saleh, pemerintah selama ini telah memberikan insentif dan penguatan bagi industri lokal agar memiliki daya saing dengan industri-industri di kawasan Asia Tenggara.

Sehingga diharapkan saat MEA secara resmi berlaku nanti, industri lokal tidak hanya menguasai pasar domestik tetapi bisa melakukan ekspansi pasar ke negara lain.

"Saya kira kita memang harus jadi benar-benar jangan jadi anak yang dininabobokan. Dengan dia fight bebas saya kira akan lebih siap lagi menghadapi tantangan ke depan," tandasnya.

Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) optimis Indonesia mampu bersaing dengan negara lain saat berlangsungnya MEA awal tahun depan. Indonesia bahkan diyakini bakal menjadi dapat menjadi basis produksi bagi pasar di negara-negara kawasan Asia Tenggara.

Ketua Umum Apindo Haryadi Sukamdani mengungkapkan, sebenarnya Indonesia telah berkompetisi antara negara anggota ASEAN lain sejak 10 tahun lalu terakhir.

 

Terlebih lagi sejak adanya perjanjian kerjasama perdagangan ASEAN Free Trade Agrement (AFTA) di mana sejak 2010 sudah lebih dari 98 persen tarif bea masuk antar negara ASEAN sebesar 0 persen.

"Yang jadi peluang itu bagaimana kita serius menjadikan pasar ASEAN jadi target kita. Bukan justru Thailand dan Vietnam yang pasarnya kecil memanfaatkan kita. Kita ingin basis produksi ASEAN itu ada di Indonesia," ungkapnya.

Sementara dari sisi jasa, kekhawatiran akan serbuan jasa pada saat MEA berlangsung juga dinilai tidak berdasar karena komitmen Indonesia atas sektor jasa ini sama tingkatannya bahkan lebih rendah dari jasa yang sudah di Indonesia selama ini.

Selain itu, kekhawatiran adanya serbuan tenaga kerja terampil ke Indonesia pada tahun depan juka diberdasar karena berdasarkan kesepakatan Mutual Recognition Arrangement (MRA) atas 8 bidang profesi masih harus tahap teknis lanjutan dan bukan merupakan kebebasan untuk bekerja.

"Ini merupakan kesamaan pangakuan kesamaan kualifikasi pendidikan dan keterampilan. Tinggal masalahnya keseriusan Indonesia untuk terus memperbaiki kualitas kebihakan maupun konsistensi implementasinya," kata dia.

Namun menurut Haryadi, berbagai paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah serta program deregulasi dan debirokratisasi yang dijalankan turut menjadi upaya yang dapat meningkatkan daya saing Indonesia dalam lingkup regional.

"‎Kalau kita nggak lakukan deregulasi, kita bisa kemakan dan terlibas. Ini yang kita harus waspadai. Peluang kita untuk menjadi pemain ASEAN masih terbuka luas," tandasnya.(Dny/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya