Liputan6.com, Jeddah - Kota Jeddah di Arab Saudi berambisi menjadi kota maju berskala global. Upaya mewujudkannya, pemerintah Arab Saudi berencana membangun gedung pencakar langit yang nantinya menjadi gedung tertinggi di dunia.
Gedung tersebut akan mengakomodasi beberapa kebutuhan seperti kondominium, ruangan kantor, hingga kamar hotel. Diperkirakan proyek tersebut mampu rampung pada 2019.
Sayang, pembangunannya harus terganjal beberapa masalah. Mengutip Wall Street Journal, Jumat (5/2/2016), harga minyak yang jatuh akhir-akhir ini berimbas pada perekonomian Arab Saudi. Hal ini akhirnya menyisakan pertanyaan, akankah apakah proyek senilai US$ 20 miliar tersebut akan mampu selesai dan laku di pasaran.
Advertisement
Proyek ini akan dibangun dalam beberapa fase. Jeddah Economic Company (JEC), sebuah perusahaan investasi menyatakan kesiapan dalam mendukung pembangunan fase pertama gedung megah ini. Namun fase lain dipastikan akan terhambat.
“Kami yakin fase pertama akan mampu diselesaikan pada 2020. Penyelesaian fase selanjutnya akan bergantung pada pertumbuhan pasar dan keadaan ekonomi,” ujar Mounib Hammoud, CEO Jeddah Economic Company.
Fase pertama terdiri dari bangunan pencakar langit utama dan gedung-gedung pendukung lainnya. Sejauh ini, 31 dari 167 lantai telah rampung dibangun.
Tanah yang digunakan dalam pembangunan gedung ini merupakan milik gabungan JEC. Sepertiga dimiliki oleh Pangeran al-Waleed bin Talal Kingdom Holding Co, pemilik tanah lainnya termasuk Abrar International Holding Co, Qila'a Jeddah untuk Real Estate Investment Ltd dan Saudi Binladin group, yang juga merupakan kontraktor utama dari proyek ini. (Vna/Nrm)