Ekonomi Positif, Rupiah Menguat ke Level 13.444 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah melaju kencang pada perdagangan Rabu pekan ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 10 Feb 2016, 13:09 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2016, 13:09 WIB
20150923-Dollar-Naik-Jakarta
Petugas menunjukkan uang pecahan US$100 di penukaran uang, Jakarta, Rabu (23/9/2015). Mata uang Rupiah sempat melemah ke level 14.655 per dolar AS pada perdagangan pukul 09.50 waktu Jakarta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah melaju kencang pada perdagangan Rabu pekan ini. Penguatan ini terjadi karena adanya ekpektasi arus modal masuk karena ekonomi Indonesia diperkirakan bisa semakin baik. 

Mengutip Bloomberg, Rabu (10/2/2016), rupiah diperdagangkan pada level 13.444 per dolar AS pada pukul 12.05 WIB. Level tersebut menguat tajam jika dibandingkan dengan pembukaan yang ada di 13.622 per dolar AS maupun jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di level 13.611 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah diperdagangkan di kisaran 13.437 per dolar AS hingga 13.625 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah mengalami penguatan 2,52 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah ada di angka 13.538 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di level 13.689 per dolar AS.

Bank Indonesia (BI) kembali melakukan pelonggaran kebijakan moneter dengan menggelontorkan sejumlah dana di pasar. Langkah pelonggaran kebijakan moneter tersebut untuk memperlonggar likuiditas.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia Juda Agung menjelaskan, dengan gelontoran dana dari BI tersebut, likuiditas di awal tahun ini membaik dibandingkan Desember 2015 lalu.

Selain itu, langkah Bank Sentral Jepang memotong suku bunga menjadi negatif juga menjadi pendorong penguatan rupiah. Arus modal menjadi masuk ke Indonesia. Dalam empat hari terakhir, rupiah mampu menguat 2,4 persen. Penguatan rupiah ini terjadi pertama kalinya sejak November 2015 lalu.

"Pelaku pasar telah melihat bahwa kinerja ekonomi Indonesia sudah lebih baik secara fundamental," jelas ekonom Barclays Plc singapura Wai Ho Leong seperti dikutip dari Bloomberg.

Beberapa perdagangan di negara Asia tutup dalam beberapa hari kemarin karena memperingati hari raya imlek. Setelah perdagangan dibuka, sebagian besar investor langsung meletakkan investasi ke portofolio di Indonesia.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta memperkirakan, dalam jangka menengah penguatan rupiah lebih terbuka dengan catatan harga minyak tidak turun lebih dalam.

Di Januari kemarin memang rupiah cukup tertekan karena pelemahan harga minyak yang berpengaruh kepada harga komoditas. Dengan pelemahan harga komoditas tersebut membuat neraca perdagangan Indonesia terganggu. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya