Angka Kemiskinan Naik karena UMKM Tak Siap Hadapi MEA

Koperasi bisa menjadi salah satu wadah gerakan ekonomi untuk pengentasan kemiskinan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 07 Apr 2016, 14:01 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2016, 14:01 WIB
Begini Jika PKL Masuk Mal
Seorang pengunjung melihat produk home industry di salah satu kios Beranda Nusantara di Mal Kasablanka, Jakarta, Jumat (22/5/2015). Walikota Jaksel merelokasi puluhan UKM dan PKL ke dalam Mal Kasablanka. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - ‎Era perdagangan bebas ASEAN atau yang dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah berjalan sejak akhir 2015. Sayangnya, banyak pelaku usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia yang belum siap bersaing dengan negara-negara di Asia Tenggara. Ketidaksiapan tersebut dapat menimbulkan ancaman besar kepada angka kemiskinan.

Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Indonesia zaman Orde Baru, Subiakto Tjakrawerdaya saat diskusi yang diselenggarakan Komite Industri dan Ekonomi Nasional (KEIN) mengungkapkan keprihatinannya atas ketidaksiapan pengusaha UMKM nasional di era perdagangan bebas ASEAN ini.

"UMKM saja yang belum siap menghadapi MEA. Prihatinnya lagi belum ada konsep atau jalan keluar untuk menolong UMKM itu," kata Subiakto di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Kamis (6/4/2016).

Dengan ketidaksiapan ini, akan melahirkan atau meningkatkan angka kemiskinan. Kondisi tersebut dapat memicu pelebaran kesenjangan antara orang miskin dan kaya (gini ratio).

"Kemiskinan bisa makin besar, gini ratio makin lebar, dan ini bukan situasi yang kita harapkan. Akhirnya kondisi ini bisa berbahaya karena tidak sesuai dengan tujuan kemerdekaan RI, menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia," tegas Subiakto.

Lebih jauh ia menyarankan, agar pemerintah Joko Widodo (Jokowi) memaksimalkan model pengembangan usaha koperasi untuk keluar dari masalah MEA yang dihadapi pelaku UMKM. Mereka, sambungnya, dapat mendirikan sebuah koperasi agar dapat bersaing dengan negara lain, lantaran skala usahanya lebih besar.

"Kalau petani yang kebanyakan cuma punya tanah 0,5 hektare (ha) alias petani gurem, atau peternak yang cuma punya 1-2 ekor kambing atau sapi kan tidak feasible atau tidak layak secara ekonomi.

Tapi dengan membentuk koperasi, skala usaha jadi lebih besar, dan layak. Bersaing pun tidak takut karena kambing atau sapi bisa jadi 20 ekor, tanah untuk pertanian lebih luas," jelasnya.

Menurutnya, koperasi Indonesia sebagai wadah gerakan ekonomi untuk pengentasan kemiskinan. Sebab fungsi Koperasi adalah pemberdayaan dan perlindungan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi ekonomi dan sosial anggota, antara lain :

1. Mengubah dari persaingan menjadi kerjasama ekonomi yang efisien
2. Menciptakan skala ekonomi
3. Memperluas jangkauan pasar
4. Menciptakan gagasan kreatif dan inovatif
5. Membagi risiko bersama
6. Memberikan jaminan pasar
7. Mudah diakses oleh keluarga miskin

"Jadi koperasi dibangun untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Karena akan memungkinkan orang miskin mengakses kegiatan ekonomi yang lebih baik," ucap Subiakto. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya