Nilai Barang KW Dunia Capai Rp 6.000 Triliun, Siapa Pembuatnya?

Perdagangan barang KW nilainya mencapai 2,5 persen perdagangan dunia di 2013, naik dari sekitar 1,9 persen di 2008.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 19 Apr 2016, 20:55 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2016, 20:55 WIB
Tas Vintage
Hati-hati saat berbelanja tas vintage perhatikan beberapa hal yang dasar tentang tas vintage branded Anda

Liputan6.com, Jakarta - Saat orang tak mampu membeli barang bermerek yang harganya melambung, maka barang tiruan alias KW adalah pilihan selanjutnya. Saking banyaknya konsumsi barang KW, industri ini nilainya mencapai US$ 461 miliar.

Dilansir dari CNN Money, Selasa (19/4/2016), semakin lama bisnis barang KW semakin menjamur. Alasannya itu tadi, pasar barang tersebut terus berkembang. Karena tak semua orang bisa membeli barang branded.

Menurut laporan dari Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), industri tersebut punya nilai pasar hingga US$ 461 miliar atau sekitar Rp 6.059,8 triliun (kurs: Rp 13.145 per dolar AS).

Perdagangan barang KW nilainya mencapai 2,5 persen perdagangan dunia di 2013, naik dari sekitar 1,9 persen di 2008. Itu setara dengan ukuran ekonomi Austria.

Data global dari bea cukai mencatat beberapa merek dunia yang sering dipalsukan adalah Rolex, Nike, Ray Ban dan Louis Vuitton.

Dari jenis barang, sepatu adalah yang paling sering ditemui, diikuti baju, barang-barang dari kulit, hingga gadget, menurut laporan yang dibuat dari hasil kerja sama dengan kantor kekayaan intelektual Uni Eropa.

Lalu, dari negara mana barang palsu ini paling banyak berasal? OECD mencatat Tiongkok adalah negara paling banyak membuat barang KW ini.

Diketahui memang urusan barang KW, Tiongkok bisa dikatakan sebagai juaranya. Impor barang KW Uni Eropa dari China bisa mencapai 5 persen dari total impor.

Membeli barang palsu dan film bajak dinilai mengancam ekonomi, dan menghancurkan inovasi serta menghambat laju pertumbuhan ekonomi.

Yang paling terpukul adalah perusahaan yang membuat barang asli. Merek dagang, hak paten, kekayaan intelektual mereka dirusak.

Lebih jauh lagi, penjual dari obat dan mainan anak palsu bisa mengancam kesehatan dan keamanan.(Zul/nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya