Kebijakan Bebas Visa Berdampak Positif Bagi Devisa Negara

Akibat kebijakan bebas visa kunjungan bagi 169 negara, pendapatan negara dari devisa mengalami penurunan.

oleh Septian Deny diperbarui 25 Apr 2016, 17:59 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2016, 17:59 WIB
20160425-Sidak Bandara Soetta, Menko Rizal Temukan Turis Dipungut Biaya Visa-Tangerang
Menko Kemaritiman Rizal Ramli berbincang dengan petugas ketika sidak ke Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (25/4). Menko Rizal mendapati beberapa WNA masih belum mengetahui adanya kebijakan bebas visa kunjungan. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah memutuskan untuk menambah daftar negara-negara bebas visa kunjungan ke Indonesia. Pada tahun lalu, negara yang mendapat keistimewaan bebas visa sekitar 60 persen dan tahun ini meningkat menjadi tiga kali lipatnya. Tentu saja, kebijakan tersebut memiliki dampak positif dan juga negatif. 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli menjelaskan, kebijakan besar bisa bisa mendorong kunjungan turis asing ke Indonesia yang berdampak kepada pertumbuhan ekonomi daerah. Namun memang, kebijakan tersebut juga berdampak kepada penurunan pendapatan negara. 

Menurutnya, akibat kebijakan bebas visa kunjungan bagi 169 negara, pendapatan negara dari devisa mengalami penurunan. Meski demikian, jika kebijakan ini tersosialisasikan dengan baik, dalam jangka menengah dampaknya akan terasa jauh lebih besar.

Rizal menyatakan, sebelumnya biaya visa yang harus dibayar oleh turis asing sebesar US$ 30-US$ 35 per orang. Namun biaya tersebut dihilangkan dengan adanya kebijakan bebas visa.

Lanjut Rizal, jika kebijakan ini sudah dimanfaatkan secara optimal oleh para turis asing, maka devisa yang terima oleh negara akan jauh lebih besar. Pasalnya, jika berkunjung ke Indonesia, satu orang turis setidaknya akan menghabiskan US$ 100 per hari.

"Pengeluaran turis per hari lebih dari US$ 100. Jadi dapat lebih besar kalau mereka stay beberapa hari. Pengusaha dan rakyat juga biasa bisa rasakan manfaat dari ini," ujar dia di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (25/4/2016).

Bahkan menurut Rizal, jika Indonesia benar-benar mau fokus mengembangkan sektor pariwisata di dalam negeri, diyakini mampu mengalahkan sektor minyak dan gas (migas) yang selama ini menjadi penyumbang terbesar pendapatan negara melalui ekspor produk mentahnya.

"Kalau kita betul-betul all out untuk tingkatkan turisme, bisnis ini bisa jadi bisnis nomor satu kurang dari 10 tahun, mengalahkan migas dan CPO (crude palm oil/minyak sawit)," ungkap dia.

Rizal menyatakan Indonesia harus mencontoh negara yang sukses mengandalkan sektor pariwisatanya sebagai sumber pendapatan negara seperti Italia, Spanyol dan Yunani. Indonesia, kata dia, punya potensi besar untuk menyamai negara-negara tersebut.

"Contoh Italia, Spanyol, Yunani. Indonesia juga, karena alamnya indah, rakyanya bersahabat, ramah. Maka harusnya (pariwisata) jadi sektor yang penting bagi kita dalam 10 tahun mendatang," tandas dia. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya